Selasa, 01 April 2014

BERBICARA



A.      PENGERTIAN BERBICARA
Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan yang dilakukan secara lisan. Dilihat dari aspek isi, berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, dan isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat di pahami oleh orang lain. Ada beberapa pengertian berbicara diantaranya adalah:
1.      Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Rofiuddin (1998: 13).
2.      Berbicara adalah suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
3.      Berbicara adalah proses individu berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat untuk menyatakan diri sebagai anggota masyarakat.
4.      Berbicara adalah ekspresi kreatif yang dapat memanifestasikan kepribadiannya yang tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide belaka, tetapi juga alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru.
5.      Berbicara ada!ah tingkah laku yang dipelajari di Iingkungan keluarga, tetangga, dan lingkungan lainnya disekitar tempatnya hidup sebelum masuk sekolah.





B.       HAKIKAT BERBICARA
Dilihat dari fisiologis, berbicara merupakan proses yang melibatkan beberapa sistem fungsi tubuh, yaitu yang melibatkan sistem pernapasan, pusat pengatur bicara (yang berada di otak dalam atau korteks serebri), pusat respirasi (di dalam batang otak), dan struktur artikulasi, resonansi mulut serta rongga hidung. Seseorang yang berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) membutuhkan kombinasi yang serasi antara sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi atau artikulasi suara.
Dengan demikian, terdapat dua hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensorik meliputi: pendengaran, penglihatan dan rasa raba yang berfungsi untuk memahami apa yang di dengar, dilihat dan dirasa. Aaspek motorik, yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi, dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara. Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf  motoris dan sensoris.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari sesuatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat di gambarkan dalam bentuk diagram berikut ini.
Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengaran). Komunikator adalah seseorang yang memilki pesan yang ingin di sampaikan kepada komunikan yang terlebih dahulu di ubah dalam simbol yang di pahami oleh kedua belah pihak. Dan simbol tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan.
Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, berupa lambang-lambang bunyi dan gerak yang diterima oleh komunikan sehingga dapat dimengerti pesan yang ingin disampaikan oleh komunikan. Dari kegiatan itu, akan timbul sebuah reaksi berupa jawaban ataupun tindakan lain. Hal inilah yang dinamakan adanya intearaksi antara komunikan dan komunikator.
Dengan demikian berbicara merupakan bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik dan linguistik, pada saat berbicara, seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Berbicara dengan menggunakan emosi tidak hanya berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan alat ucap tetapi juga berpengaruh terjadap keruntutan bahan pembicaraan. Berbicara juga tidak terlepas dari faktor neurologist, yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga dan organ tubuh lainnya yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian juga dengan faktor semantik yang berhubungan dengan makna , danfaktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara.
a)      Unsure-unsur berbicara
1.      Pembicara
2.      Lawan bicara (penyimak)
3.      Isi pembicaraan,
4.      Tanggapan penyimak.
b)     Prosedur Kegiatan Berbicara
1.      Memilih pokok pembicaraan yang menarik hati.
2.      Membatasi pokok pembicaraan.
3.      Mengumpulkan bahan-bahan.
4.      Menyusun bahan (pendahuluan, isi, kemampuan
c)      Jenis-jenis berbicara
Percakapan, pidato menjelaskan, pidato menghibur, ceramah, dan sebagainya.

C.      TUJUAN BERBICARA
Tujuan utama berbicara adalah untuk menyampaikan pikiran secara efektif, kemudian mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarannya. Menurut Och dan Winker (dalam tarigan, 1987:16), pada dasarnya berbicara mencakup tiga tujuan, yaitu :
1.    Memberitahu, melaporkan, ( to imform)
2.    Menjamu, menghibur (to entertain)
3.    Membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (to persuade).
Penyebab tidak tercapainya tujuan berbicara Menurut Bums dan Joice (dalam nunan, 1999). Misalnya, pentrasferan dari bahasa
1.      Pembelajar, ke bunyi, ritme, dan pola-pola tekanan bahasa.
2.      Sedangkan kesulitan yang berkaitan dengan pengucapan penutur asli, adalah kurangnya pemahaman tentang pola-pola gramatikal umum, berupa pengetahuan kultural dan sosial yang diperlukan untuk memproses makna. Hal itu merupakan faktor-faktor fsikologis dan efektif yang berupa keterkejutan budaya (culture shock). Semua ini akibat berbagai pengalaman sosial atau politik negatif, kurang motivasi, kecemasan dan rasa malu dalam kelas, khususnya jika pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya tidak menyenangkan. Ini semua bisa menghambat tidak tercapainya tujuan berbicara.
Untuk mencapai tujuan berbicara motivasi merupakan pertimbangan penting dalam menentukan kesiapan para pembelajar untuk berkomunikasi. Motivasi mengacu pada kombinasi usaha ditambah keinginan untuk mencapai tujuan belajar, serta di tambah dengan sikap-sikap yang menyenangkan terhadap pembelajaran bahasa. Usaha saja tidak menandai  motivasi. Orang yang memiliki motivasi mengembangkan usaha ke arah tujuan, tetapi orang yang mengembangkan usaha tidak pasti memiliki motivasi.
Penyebab pembelajar tidak memiliki motivasi antara lain sebagai berikut:
1.    Pernah mengalami kegagalan selama waktu tertentu atau tidak memiliki persepsi yang memadai tentang kemajuan
2.    Pengajaran yang tidak menumbuhkan semangat
3.    Kebosanan
4.    Kurang relevannya materi yang di persiapkan
5.    Kurang tahu tentang tujuan progaram pengajaran
6.    Kurang umpan balik yang tepat.
Kiat-kiat untuk mengatasi masalah tersebut antara lain adalah sebagai  berikut:
1.        Menjelaskan tujuan-tujuan pengajaran kepada pembelajar.
2.        Memilih pengajaran menjadi urutan-urutan langkah yang dapat di capai.
3.        Menghubungkan pembelajaran dengan berbagai kebutuhan dan minat para pembelajar perspektif mereka sendiri ke dalam proses belajar.
4.        Mendorong penggunaan bahasa secara kreatif.

D.      FUNGSI BERBICARA
Kita dapat menggunakan bahasa sebagai alat untuk membicarakan berbagai hal. Sejalan dengan pendapat Haliday dan Brown tentang fungsi bahasa, fungsi berbicara dapat di kelompokkan menjadi tujuh, yaitu:
1.    Fungsi instrumental
Bertindak untuk menggerakkan serta memanipulasi lingkungan, menyebabkan peristiwa-peristiwa tertentu terjadi. Dengan fungsi ini, bahasa di fungsikan untuk menimbulkan suatu kondisi khusus, misalnya berbicara dengan maksud memerintah atau menyerukan. Sebgai contoh, seorang guru berbicara untuk memberi nasihat-nasihat dan perintah-perintah pada siswanya.
2.    Fungsi pengaturan
Fungsi pengaturan merupakan pengawasan terhadap peristiwa-peristiwa. Melalui ini berbicara di fungsikan untuk persetujuan, celaan, pengawasan kelakuan. Sebagai contoh adalah ungkapan keputusan seorang kepala sekolah yang mengeluarkan siswa dari sekolah karena perbuatanya sering melanggar peratuturan sekolah.
3.    Fungsi representasional
Merupakan penggunaan bahasa untuk membuat pernyataan-pernyataan, menyampaikan fakta dan pengetahuan, menjelaskan, melaporkan, menggambarkan. Sebagai contoh adalah seorang penyiar yang menyampaikan berita bencana banjir, seorang guru menjelaskan materi bahasa.
4.    Fungsi intraksional
Merupakan penggunaan bahasa untuk menjamin pemeliharaan sosial. Fungsi ini untuk menjaga agar saluran-saluran komunikasi tetap  terbuka. Sebagai contoh seorang dai sedang berdakwah menggunakan lelucon dalam dakwahnya agar pendengarnya tetap mengukuti ceramahnya sampai selsesai.
5.    Fungsi personal
Merupakan penggunaan bahasa untuk menyatakan perasaan, emosi, keperibadian, dan reaksi-reaksi yang terkandung dalm benaknya. Sebagai contoh seorang guru marah-marah dengan mengomel karena siswa dan siswinya banyak yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
6.    Fungsi heuristic
Merupakan penggunaan bahasa untuk mendapatkan pengetahuan, mempelajari lingkungan. Fungsi ini sering di sampaikan dalam pertanyaan-pertanyaan. Sebagai contoh, seorang siswa atau siswi yang bertanya pada guru tentang hal yang belum di pahami ketika guru sedang menjelaskan.
7.    Fungsi imajinatif
Merupakan penggunaan bahasa untuk menciftakan sistem-sistem atau gagasan-gagasan imajiner. Sebagi contoh, seorang kakek atau nenek yang mendongeng atau bercerita tentang terjadinya kota banyuwangi.
Menurut Haryadi (1994) ada beberapa fungsi berbicara. Berbicara  dalam kehidupan dapat berfungsi sebagai:
1.    Pemenuhan hajat hidup manusia sebagai makhluk sosial,
2.    Alat komunikasi untuk berbagai urusan atau keperluan,
3.    Ekspresi sikap dan nilai demokrasi,
4.    Alat pengembangan dan penyebarluasan ide atau pengetahuan,
5.    Peredam ketegangan, kecemasan dan kesedihan.
E.       TEORI BERBICARA KOMUNIKATIF
Sejalan dengan pendapat nunan (1999), yang menyampaikan bahwa berbicara sebagai suatu kompetensi komunikatif mencakup:
1.    Pengetahuan tentang tata bahasa dan kosa kata bahasa itu
2.    Mengetahui tentang kaidah-kaidah berbicara (misalnya mengetahui bagai mana caranya memulai dan mengahiri percakapan, mengetahui topik apa saja yang dapat dibicarakan dalam berbagai tipe peristiwa tutur yang berbeda, mengetahui bentuk-bentuk sapaan mana yang digunakan dengan orang-orang yang  berbeda yang diajak berbicara dan dalam berbagaib situasi yang berbeda).
3.    Mengetahui bagaimana cara menggunakan dan menjawab berbagai tipe tindak tutur seperti permohonan, permintaan maaf, terima kasih, dan ajakan.
4.    Mengetahui bagai mana mneggunakan bahasa secara tepat.
Pembelajaran bahasa seharusnya mampu meningkatkan tujuan komunikatif, oleh karna itu, berbicara seharuusnya di anjurkan melalui aktivitas yang komunikatif, seperti percakapan, permainan, bermain peran, debat, atau diskusi.
Berikut ini contah aktivitas-aktiviktas yang mendukung teori pembelajaran berbicara komunikatif
1.      Pair-sahare (berpasangan lalu berbagi)
Aktivitas model ini terdiri dari dua orang . Secara berpasangan siswa dan siswi , siswa dan siswa, siwi dan siswi, diajak untuk berbagai idea tau berekplorasi menjawab pertanyaan . Keuntungan dari tipe pengelompokan jenis ini adalah siswa dan siswi memiliki banyak kesempatan untuk berbagi degan rekan satu kelompoknya dengan leluasa tanpa hawatir oleh ganguan yang biasanya terjadi dalam kelompok besar.
2.      Jigsaw
Cara membuat kelompok dalam kelompok jigsaw adalah siswa dan siswinya melakukan dua fungsi sebagai orang yang meneliti (kelompok peneliti) atau mencari jawaban kemudian setelah mendapatkan jawaban dari pertanyaan kemudian berubah menjadi orang yang mengajarkan (krlompok ahli). Keuntungan dari tipe pengelompokan jenis ini adalah dengan memberi siswa dan siwi tanggung jawab mengajarkan dan belajar secara bersamaan.
3.      Split-class discusen
Guru membagi kelas menjadi dua kelompok (bisa campur atau sejenis) untuk melakukan diskusi. Keuntungan dari tipe pengelompokan ini adalah seluruh anggota kelas baik laki-laki dan perempuan dapat mendengar sudut pandang yang berbeda saat mendengarkn orang lain berbicara siswa atau siswi biasanya langsug mengubah pendiriannya atau membuat pendapatnya lebih tajam dan komperhensif.

F.       RETORIKA DAN BERBICARA EFEKTIF
Menurut agung (2006), pada dasarnya seseorang pembicara baik laki-laki maupun perempuan yang handal adalah seseorang yang ketika ia berbicara, baik dalam komonikasi formal maupun inpormal, memiliki daya tarik yang rhetoris (mempesona) degan isi pembicaraan yang efektif  (sisimatis, benar/tetap, sigkat dan jelas dengan bahsa yang tepat ) sehingga yang mendegarkannya dapat megrti degan jelas dan tergugah perasaannya.
Retorika adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari atau mempersoalkn tentang bagai mana cara berbicara yang mempunyai daya tarik yang mempersona, sehingga orang yang mendegarkanya dapat mengrti dan tergugah perasannya. Retorika memberi penekanan kepada kemampuan mengunakan bahasa lisan (berbicara) yang baik degan memberikan sentuhan gaya (seni) dalam penyamapaiannya , degan tujuan untuk memikat/mengugah hati pendegarannya dan megrti dan memahami pesan yang disampaiknnya.
Dari segi kepentinganya atau tujuan yang ingin di capai, retorika dapat dibagi dalam dalam dua bagian yaitu:
1.      Retorika persuasive adalah retorika yang bertujuan mempengaruhi orang dengan tidak begitu memperhatikan atau mempertimbangkan nilai-nilai kebenaran dan moralitas.
2.      Retorika dialektika yang sering juga disebut dengan retorika psikologi adalah retorika yang muncul sebagai kebalikan dan retorika persusif. Reorika ini sangat memerhatikan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, moralitas, dan sifatnya dapat menenangkan jiwa manusia. Keberhasilan suatu retorika di dalam berbicara sangat di tentukan oleh beberapa factor antara lain situasi, tempat, waktu, tema, dan teknik pembicaraan. Situasi yang dimaksud adalah hal-hal yang menyakut keadaan atau kondisi saat pembicaraan atau ceramah sedang berlangsung.untuk itu, seorang pembicara harus mengetahui betul situasi dan kondisi pendengarnya. Selain itu perlu juga diperhatikan tempat dimana kita berbicara, dan waktu berlangsungnya pembicaraan selanjutnya satu lagi yang penting adalah tema. Sebuah tema sanagt penting artinnya dalam suatu pembicaraan, sehinga dalam pembicaraan seorang pembicara dapat memfokus dan terarah . Adapun yang dapat menjadi pemicu rasa ketertarikan pendengar diantaranya adalah sebagaberikut.
a.       Up to date, masalah yang dibicarakan adalah masalah yang sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.
b.      Merupakan suatu yang menyangkut kepentingan pendengar.
c.       Masalah yang mengandung pertentangan public, benar salah, baik buruk.
d.      Sesuai dengan kemampuan logika pendengar, dan sebagainya.

Cara-cara yang digunakan dalam pembicara, yang meliputi hal-hal berikut.
a.         Kemampuan menggunakan bahasa lisan dengan baik.
b.         Ekspresi yang menarik, misalnya: tidak cembert, tidak pucat, tidak memerah mukanya dan sebagainya. Stressing (redance), yaitu kemampuan seorang pembicara untuk memberikan penekanan pada masalah-masalah inti atau penting didalam pembicaraannya, misalnya dengan pengulangam-pengulangan yang seperlunya, atau dengan penekanan-penekanan tertentu dalam nada pembicaraan.
c.         Keampuan memberikan refreshing (penyegaran) dengan meyelipkan intermezzo, yaitu dengan menyelingi pembicaran dengan hal-hal lain yang berhubungan dan mengandung kelucuan, baik itu pengalaman sendiri atau sebuah anekdot, dengan tidak mengurangi nilai pembicaraan.
Disamping memiliki retorika yang baik, pembicara juga perlu menguasai apa yang disebut berbicara yang efektif. Pada dasarnya berbicara yang efektif pada  kesempatan apapun terdiri atas tiga unsur pokok, yaitu: pembukaan, isi atu inti permasalahan, penutup.
1.      Pembukaan
Pembukaan adalah bagian awal dari setiap pembicaraan. Pembukaan termasuk bagian penting karena turut menentukan sukses atau tidaknya suatu pembicaraan. Bila pembicaraan sudah berhasil menggugah minat dengar orang, maka kesuksesan pembicaraan sudah 50% ada ditangan si pembicara.
2.      Isi pembicaraan
Inti pembicaraan merupakan bagian paling pokok dalam pembicaraan. Bagian ini merupakan tujuan dari pembicaraan. Dalam bagian inilah, rincian permasalahan akan dibahas. Dalam acara-acara tertentu, misalnya diskusi, sminar, sarasehan, biasanya penyampaian inti permasalahan tidak perlu terlalu mendetail, melainkan hanya pada butir-butir pokoknya yang disampaikan. Penyampaian yang mendetail biasanya disampaikan dalam forum tanya jawab. Isi pembicaraan harus dapat disampaikan dalam forum tanya jawab.
3.      Penutup
Pada akhir pembicaraan hendaknya diusahakan adanya kata-kata penutip yang dibuat sesingkat mungkin, paling lama tiga sampai lima menit. Dalam penutup dapat disampaikan simpulan atau rangkuman penting hasil pembicaraan. Pentup biasanya diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada hadirin atas perhatian yang diberikan dan kepada penyelenggara apabila berbicara pada suatu acara resmi. Terakhir adalah ucapan salam 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar