A. Pendidikan
Dalam Analisis Filsafat
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan
kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses
perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya
adalah proses yang satu.
Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana
dikemukakan oleh Lodge, yaitu bahwa: “life is education, and
education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan
kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang
hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa
masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang
menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan
kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhana yang
menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula pula
diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam,
sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan
pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan
menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran
yang mendalam, yaitu analisa filsafat. Masalah kependidikan yang memerlukan
analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
1.
Masalah kependidikan pertama yang
mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu
harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu. Dan bagaimana
hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.
2.
Apakah sebenarnya tujuan pendidikan
itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masayarakat.
Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk
pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semata-mata unuk dan demi
kehidupan riel dan materil di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di
akhirat yang kekal
Analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan
yang sesuai dengan permasalahannya. Diantaranya:
- Pendekatan Normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.
1. Pendekatan Analisa Konsep, artinya
pengertian atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu objek.
B. Pendekatan Progresif
Pendekatan dalam disiplin ilmu yang
disebut filsafat pendidikan akan lebih mudah di pahami arti pengertian bila
diajukan pandangan Dewey tentang pokok masalah, yaitu tentang
permasalahan filsafat pendidikan yang berarti hubungan antara filsafat dan
pendidikan. Dapat dilihat dari :
1. Antara Teori dan Praktek
Pada dasarnya antara teori dan
praktek adalah hubungan saling mengontrol, teori akan dikontrol oleh pelaksanaan
praktek yang baik, dan sebaliknya praktek dikontrol oleh atau didasarkan pada
landasan teoritis yang baik. Dewey berpendapat
bahwa teori harus merupakan hasil penggalian dalam kenyataan empiris sosiologis yang berlaku saat itu.
2. Pendekatan Problematis terhadap
kenyataan Sosiologis
Seperti apa yang dipercontohkan pada
saat ia merumuskan teori pendidikannnya, problema social yang dihadapi dengan
cermat dan dengan tepat, merumuskannya kedalam filsafat pendidikannya.
Berdasar atas kesulitan-kesulitan
dan problema yang dihadapi masyarakatnya ia mencoba merumuskannya kedalam
sebuah system pemikiran filosofis, yaitu filsafat pendidikan problematic atau
experimentalisme, dalam bentuk pola mental intelektual dan sikap moral
kesusilaan.
Sikap moral yang dianggapnya tepat
untuk melestarikan kenyataan perubahan social yang cepat diatas adalah nilai
sikap yang menghormati keragaman, pembaharuan, individualitas dan kebebasan
inilah yang disebut dengan pendekatan problematis terhadap kenyataan social
yang cepat berubah.
3. Filsafat dan Teori Pendidikan
Sebagai pokok pikiran ketiga yang
tersirat dalam catatan diatas adalah hubungan antara filsafat dengan teori
pendidikan. Dan Dewey berkesimpunlan bahwa filsafat dirumuskan sebagai teori
pendidikan yang bersifat umum dan konsepsional.
Pendekatan-pendekatan dalam teori
pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
a) Pendidikan sebagai praktek.
Pendidikan sebagai praktek yaitu seperangkat kegiatan atau
aktivitas yang dapat diamati dan didasari dengan tujuan untuk membantu
pihak lain ( Baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan prilaku.
b) Pendidikan sebagai teori.
Pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang
telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan,
menggambarkan, meramalkan, dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa
Dasar-dasar
pemikiran pendekatan progresif adalah sebagai berikut:
a.
Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi,
atau filsafat social humanisme ilmiah, yang skeptis terhadap kenyataan yang
bersifat metafisis transendental.
b.
Bahwa kenyataan adalah perubahan,
artinya kenyataan hidup yang esensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan
berkembang.
c.
Bahwa truth is man-made, artinya
kebenaran dan kebajikan itu adalah kreasi manusia, dengan sifatnya yang relatif
temporer bahkan subyektif.
d.
Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup
dan pendidikan relatif ditentukan oleh perkembangan tenaga pengembang sosial
dan manusia, yang merupakan sumber perkembangan sosial masyarakat.
e.
Bahwa antara tujuan dan alat adalah
bersifat kontinu, bahwa tujuan dapat menjadi alat untuk tujuan yang lebih
lanjut sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat.
C. Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini berbeda dengan
pendekatan progresif secara sederhana dapat dijelaskan dengan bahwa pada pendekatan mengakui dan
mementingkan dunia sana yang transcendental metafisis yang langgeng, yang
menentukan tujuan hidup dan sekaligus tujuan pendidikan manusia, sehingga akan
menjadi sumber-sumber dasar nilai dari pada filsafat pendidikannya. Sedang
tenaga social hanya akan menyediakan saranan, alat dengan mana akan dicapai
tujuan-tujuan diatas, dengan kata lain tenaga pengembangan social ini akan memberikan
modal dalam penyusunan “Science of educational” yang diperlukan. Menurut
pendekatan tradisional antara filsafat pendidikan dan science of education
dibedakan secara tegas, yaitu filsafat metafisika dan tenaga social, sedang
pada pendekatan progresif keduanya bersumber pada kenyataan yang sama,
dan satu-satunya, yaitu tenaga pengembang sosial masyarakat diatas.
Maka dari itu pendekatan progresif
hanya berpijak pada teori etika social dan metode penyesuaian masalah
social, yaitu pola dasar sikap moral dan pola dasar sikap mental seperti
diuraikan diatas, dan menentang segala hal yang berkaitan tentang kenyataan
transcendental metafisis yang spiritual dan di dunia sana di masa mendatang.
Sebaliknya pendekatan-pendekatan tradisional, seperti namanya, sangat taat pada
sistematika filsafat tradisional, dimana dan karena itu menempatkan
filsafat sebagai dasar pendidikan dan pengajaran. Ini terbukti dengan
penempatan filsafat metafisika, yang sangat ditentang oleh aliran pendekatan
progresif, sebagai masalah pokok dalam filsafat pendidikan.
Bagi pendekatan ini, betapapun
sulitnya masalah bidang metafisika ini, tetap harus ditempatkan sebagai pusat
perhatian pertama dan utama dalam setiap pembahasan filsafat pendidikan.
Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa tidak dapat dipungkiri, bahwa masalah ini
adalah masalah yang abstrak, dan universal sekali, sehingga sulit dipelajari
dan dibuktikan kenyataannya, namun tidak berarti bahwa kenyataan yang metafisis
itu tidak ada. Assumsi ini menurut para pengusaha ilmu filsafat pendidikan agar
apabila kita tidak dapat menemukan segala hal yang bersifat metafisis, tidak
berarti kenyataan itu tidak ada, tetapi kesalahan mungkin terletak pada
cara-cara mencarinya atau mungkin keterbatasan kemampuan berfikir dan pikiran
orang yang melakukannya. Atau mungkin orang tersebut, mendustai dirinya, sadar
akan kenyataan tersebut tetapi tidak jujur terhadap kesadarannya sendiri.
Asas pertama tentang rasionalitas
manusia, asas ilmu jiwa daya, asas pembentukan formal teoritis dan asa transfer
hasil belajar maka menuntut jumlah dan jenis mata pelajaran yang diperlukan,
dan tidak perlu adanya pertimbangan kesesuaian tidaknya dengan kenyataan
kehidupan social anak, selama bahan atau bidang studi akan memberikan nilai
disiplin mental atau formal yang tinggi. Nilai formal matematika adalah untuk
melatih anak berfikir secara logis rasional matematis, dan bukan dengan
tujuan untuk memberikan kepada alat atau instrument dalam menyelesaikan
problema hitung-menghitung dalam kehidupan sehari-hari.
Asas kedua adalah bahwa hakekat jiwa
manusia adalah tersendiri atas daya-daya jiwa yang berbeda dan bekerja secara
terpisah-pisah atau bersama-sama, yang menimbulkan gejala kesadaran atau
tingkah laku. Setiap daya-daya jiwa seperti pengindraan, pengamatan,ingatan,
tanggapan, pikiran, dan perasaan akan dapat berkembang dan atau dikembangkan
sesuai dengan bahan-bahan pelajaran tertentu. Berdasar jalan pemikiran ini,
maka dalam kepustakaan pendidikan dan psikologi pendidikan kita dikenalkan
konsep istilah mata pelajaran ingatan, pikiran, hafalan, ekspressi dan mata
pelajaran keterampilan.
Sebagai asas ketiga dan sesuai
dengan asas kedua di atas, adalah bahwa nilai fungsional mata pelajaran adalah
untuk pembentukan, atau disiplin mental (mental discipline) atau disiplin
formal, yaitu nilai formal teoritis intelektual. Sehingga semakin sulit bahan
pelajaran semakin tinggi nilai pembentukan mentalnya. Semakin keras
ketat latihan-latihan semakin kuat dan besar nilai pembentukannya. Apakah bahan
yang disajikan sesuai dengan kehidupan sosialnya, dan digunakan untuk
mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, tidak menjadi masalah bagi
aliran ini.
Oleh sebab itu,
aliran tersebut diselesaikan dengan memperkenalkan konsep trnasfer of learning
of training, artinya penggunaan atau pemindahan hasil belajar atau
latihan pada mata pelajaran atau bidang kehidupan, yang mungkin positif atau
negatif merugikan. Transfer positif adalah apabila penggunaan bidang yang satu
mempermudah, memperlancar penguasaan bidang atau mata pelajaran yang lain, dan
sebaliknya transfer negatif adalah suatu peristiwa dimana penguasaan satu
bidang tertentu mempersulit penguasaan bidang lain, seperti berenang dengan
sepak bola. Soal-soal hitungan yang amat sulit tetapi yang tidak ada kaintannya
dengan, atau tidak akan dijumpai dalam kehidupan sehari-hari anak, yang
mengarah ke pengembangan nilai materiil praktis, dijejal-jejalkan kepada anak
dengan harapan akan mempermudah anak menyelesaikan problema-problema sosialnya.
Adapun
asas-asas filsafat pendidikan dalam pendekatan tradisional secara rinci adalah
sebagai berikut:
a)
Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah
filsafat, sehingga untuk mempelajari filsafat pendidikan haruslah memiliki
pengetahuan dasar tentang filsafat
b)
Bahwa kenyataan yang essensial baik dan
benar adalah kenyataan yang tetap, kekal dan abadi.
c)
Bahwa nilai norma yang benar adalah
nilai yang absolut, universal dan objektif.
d)
Bahwa tujuan yang baik dan benar
menentukan alat dan saranan, artinya tujuan yang baik harus dicapai dengan alat
sarana yang baik pula.
e)
Bahwa faktor pengembang sejarah atau
sosial (science, technology, democracy dan industry) adalah sarana alat
untuk ” prosperity of life” dan bukannya untuk ”welfare of life” sebagai
tujuan hidup dan pendidikan sebagaimana yang ditentukan oleh filsafat.
D. Terkait Dengan Upaya
Mempelajari Pendidikan Sebagai Teori Dapat Dilakukan Melalui Beberapa Pendekatan
1.
Pendekatan Sains
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu
sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan
menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang
bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat
diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.
2.
Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan
membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam
pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan
lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta
faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah
tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup
manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang
merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara
yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih
mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui
metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan,
yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: model filsafat spekulatif, model
filsafat preskriptif model filsafat analitik. Filsafat spekulatif adalah cara
berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara
rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat
raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi
dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan
keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran
(standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia,
penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan
salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya,
atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan,
filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang
bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata,
istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau
gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan
secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem
berfikir
3.
Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori
pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya
berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan
sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis
pendidikan.
Cara kerja
pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara
kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan
religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut
orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru
kemudian mengerti, bukan sebaliknya.
E. Pendekatan Filsafat Pendidikan Berdasarkan Kharakteristik
Pemikiran Filsafat
a.
Pendekatan
Sinoptik
Ilmu
Pendidikan menganalisa persoalan-persoalan pendidikan dengan jalan menganalisis
permasalahan sedetail mungkin sehingga menemukan unsur-unsurnya yang terkecil;
setelah mengamati secara empirik karakteristik unsur-unsur itu, maka dicari
kesimpulan yang berlaku umum, yaitu yang berlaku pada semua bagian (unsur)
tersebut. Sejarah pendidikan sebagai ilmu pendidikan historis, meneliti
obyeknya dan berusaha memberikan deskripsi peristiwa sejarah pendidikan secara
individual. Di lain pihak filsafat mendekati masalah pendidikan secara sinoptik
atau komprehensif. Sinoptik mempunyai pengertian memadukan pandangan, yaitu
dari sin = bersama atau memadukan, dan optik = penglihatan, pandangan, dan
thesa berarti pendirian. Jadi pengertian sinoptik adalah memadukan pandangan
secara keseluruhan, sehingga membentuk suatu sistem pemikiran tertentu secara
utuh. Proses berfikir filsafati juga bisa dengan model sinthetik, yaitu
memadukan keseluruhan pendirian menjadi suatu sistem pemikiran yang utuh. Bila
ilmu pendidikan menganalisa, maka filsafat mensintesa. Alat yang menyatukan
dalam prosesberfikir sintetis itu ialah pendirian filsafi, yaitu apabila
filsafat itu menjawab masalah-masalah filsafat seperti apakah manusia itu,
apakah hidup itu, apakah materi itu, apakah sebenarnya kenyataan itu dan
sebagainya.
b.
Pendekatan
Normatif
Ilmu
Pendidikan, mendekati situasi pendidikan itu dengan memotret gejala pen- didikan itu sebagaimana dialami oleh para
orang tua, guru, administrator pendidikan, pembimbing dan penyuluh, dan
pendidik lainnya, serta anak, murid, siswa, mahasiswa, dan peserta kegiatan
pendidikan lainnya. Ilmu Pendidikan berusaha menemukan hukum yang berlaku bagi
sebagian besar situasi pendidikan itu, dan dengan hukum-hukum itu ilmu
pendidikan berusaha meramalkan apa yang akan terjadi dalam bidang pendidikan.
Pendekatan filsafi terhadap pendidikan tidak bersifat deskriptif seperti ilmu,
melainkan bersifat normatif. Pendekatan normatif itu ialah mendekati masalah
pendidikan dari sudut apa yang seharusnya terjadi. Dengan demikian, filsafat
pendidikan menunjukkan jalan yang terbaik bagi pemecahan masalah pendidikan,
karena filsafat pendidikan mempelajari apa yang seharusnya terjadi. Filsafat
pendidikan memikirkan secara mendalam norma yang seharusnya dicapai oleh
pendidikan, baik dalam arti pendidikan mikro maupun makro. Norma itu antara
lain berupa tujuan pendidikan, atau falsafah pendidikan. Ilmu Pendidikan
melakukan prediksi (ramalan) berdasarkan fakta pendidikan yang dikumpulkan
dengan menggunakan metode penelitian historis-dokumenter, serta pengolahan data
secara statistik.
c.
Pendekatan
Kritis Radikal
Perbedaan
pendekatan ilmiah dan filsafiah bukan hanya pada obyek kajiannya, tetapi juga pada asumsi yang digunakan. Pendekatan
ilmiah selalu didasarkan pada satu atau beberapa asumsi dasar (basic
assumption), sedangkan filsafat mendekati masalahnya dengan jalan menguji
asumsi dasarnya. Pengujian asumsi dasar inilah yang disebut kritis radikal.
Baik ilmu maupun filsafat memikirkan persoalannya secara kritis, tyetapi hanya
filsafat yang memikirkan persoalannya secara radikal. Sebagai ilustrasi dapat
dideskripsikan sebagai berikut: Ilmu alam menemukan teori gravitasi. Teori ini
mengatakan bahwa setiap benda yang dijatuhkan dari atas, akan jatuh ke bawah,
karena ada gaya tarik bumi. Pemikiran filsafat, bukan menolak apa yang ditemukan
oleh ilmu, sebab teori sesuai dengan hukum alam. Filsafat menerima temuan
kebenaran pengetahuan ilmu, namun filsafat tidak berhenti sampai di situ. Ia
mempertanyakan apa hakekat benda, apa hakekat bumi, dan apa hakekat gaya tarik
bumi. Sebab, ternyata ada batas yang menjadi wilayah gaya tarik bumi. Pada
jarak dan batas atmosfir tertentu, benda tidak bisa jatuh ke bumi. Namun temuan
ini merupakan revolusi dalam bidang ilmu, sehingga banyak teori-teori fisika
yang berkiblat pada teori ini. Pendekatan filsafi yang sifatnya kritis radikal
sangat dibutuhkan oleh teori dan praktek pendidikan. Pendekatan ini penting
karena sistem pendidikan yang kuat perlu diuji bukan hanya hukum-hukum atau
teori-teori yang akan diterapkan dalam proses pendidikan itu, melainkan
terutama asumsi dasar yang menjadi landasan dari hukum atau teori pendidikan
itu. Jika hukum maupun asumsi dasar itu telah diuji secara teliti, maka dapat
diharapkan kita telah mempunyai konsepsi pendidikan yang baik. Walaupun
demikian, konsepsi pendidikan yang baik atau benar secara logika dan norma,
belum tentu dapat menjamin terlaksananya praktek pendidikan yang baik pula.
Konsepsi pendidikan yang baik dan benar menuntut para pelaksana pendidikan yang
cakap, terampil, dan mempunyai sikap profesional menjadi guru/pendidik.
Berdasarkan tiga pendekatan filsafat terhadap pendidikan, maka filsafat
pendidikan memegang peranan penting baik untuk membina perkembangan ilmu
pendidikan maupun untuk praktek pendidikan.
F. Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan
Filsafat dan pendidikan merupakan dua
hal yang
tak terpisahkan. Pendidikan merupakan aktivitas yang bersifat
teleologis, yaitu aktivitas yang diarahkan pada
pencapaian tujuan. Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ideal berkenaan
dengan sosok manusia yang diharapkan. Filsafat membahas segala sesuatu termasuk
fenomena pendidikan. Cabang filsafat
yang khusus membahas fenomena pendidikan
adalah filsafat pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar