Senin, 31 Maret 2014

TEORI BELAJAR



1.       TEORI HIRARKI BELAJAR DARI ROBERT M. GAGNE
a.      Belajar
Menurut Gagne dalam Warsita mendefinisikan belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus oleh proses pertumbuhan saja.
Gagne berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi oleh dua faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil efek dari belajar yang kumulatif serta belajar itu bukan proses tunggal.
b.      Definisi Hirarki Belajar
Menurut kamus ilmiah populer (2006:179) hirarki berarti berurutan-urutan, peringkat, tingkat. Hirarki belajar merupakan struktur belajar yang terdiri dari tingkatan-tingkatan belajar.
Gagne memberikan pemecahan dan pengurutan materi pembelajaran dengan selalu menanyakan pertanyaan ini: “Pengetahuan apa yang lebih dahulu harus dikuasai siswa agar ia berhasil mempelajari suatu pengetahuan tertentu?”. Setelah mendapat  jawabannya, ia harus bertanya lagi seperti pertanyaan yang di atas tadi untuk mendapatkan prasyarat yang harus dikuasai dan dipelajari siswa sebelum ia mempelajari pengetahuan tersebut. Begitu seterusnya sampai didapatkan urut-urutan pengetahuan dan yang paling sederhana sampai yang paling kompleks. Dengan cara seperti itu akan didapsatkan hirarki belajar. Gagne menekankan kajiannya pada aspek penataan urutan dengan memunculkan gagasan mengenai prasyarat belajar yang dituangkan dalam suatu struktur yang disebutnya hirarki belajar. Keterkaitan diantara bagian-bagian yang dituangkan dalam bentuk prasyarat belajar berarti bahwa pengetahuan tertentu harus dikuasai lebih dulu sebelum pengetahuan lainnya dapat dipelajari.
c.       Hirarki Belajar Gagne
Robert M. Gagne merupakan salah seorang penganut aliran psikologi tingkah laku. Gagne memiliki pandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatannya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi atau diukur. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan Gagne dikenal sebagai Teori Hirarki Belajar (Siroj, 2006 dalam Firdaus, 2010).
Teori hirarki belajar ditemukan oleh Rober M. Gagne (mardhiyanti, 2010) yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya dimaksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks.
Orton dalam Warsita Hirarki belajar  menurut Gagne harus disusun dari atas ke bawah atau top down. Dimulai dengan menempatkan kemampuan, pengetahuan, ataupun keterampilan yang menjadi salah satu tujuan dalam proses pembelajaran dipuncak hirarki belajar tersebut, diikuti kemampuan, keterampilan atau pengetahuan prasyarat yang harus mereka kuasai lebih dahulu agar mereka berhasil mempelajari keterampilan atau pengetahuan diatasnya. Hirarki ini juga memungkinkan prasyarat yang berbeda untuk kemampuan yang berbeda pula.
d.      Tipe Belajar
Gagne membedakan delapan tipe belajar yang terurut secara hirarki, mulai dari tipe belajar yang sederhana sampai dengan tipe belajar yang lebih kompleks. Kemampuan belajar pada tingkat tertentu ditentukan oleh kemampuan belajar di tingkat sebelumya. Kedelapan tipe belajar di atas dikemukakan berikut ini (Siroj, 2006 dalam Firdaus 2010).
1)        Belajar isyarat (signal learning)
Belajar isyarat adalah belajar sesuatu dengan tidak sengaja yaitu sebagai akibat dari suatu rangsangan yang dapat menimbulkan reaksi tertentu. Dari signal yang dilihat atau didengarnya, anak akan memberi respon tertentu. Belajar isyarat ini mirip dengan conditioning menurut Pavlov dan timbul setelah sejumlah pengalaman tertentu. Respons yang timbul bersifat umum, kabur, dan emosional. Misalnya, siswa menjadi senang belajar matematika karena gurunya bersikap ramah dan humoris.
2)        Belajar stimulus-respons (stimulus-response learning)
Belajar stimulus-respons adalah belajar yang disengaja dan responsnya seringkali secara fisik (motoris). Respons atau kemampuan yang timbul tidak diperoleh dengan tiba-tiba melainkan melalui pelatihan-pelatihan. Respons itu dapat diatur dan dikuasai. Misalnya, seorang siswa dapat menyelesaikan suatu soal setelah memperhatikan contoh penyelesaian soal yang serupa oleh gurunya.
3)        Rantai atau rangkaian (chaining)
Belajar rantai atau rangkaian (gerak, tingkah laku) adalah belajar yang menunjukkan kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau lebih hasil belajar stimulus–respon secara berurutan. Chaining terbatas hanya pada serangkaian gerak, bukan serangkaian produk bahasa lisan. Misalnya, siswa belajar melukis garis melalui dua titik melalui rangkaian gerak: mengambil pensil, membuat dua titik sembarang, memegang penggaris, meletakkan penggaris tepat di samping kedua titik, kemudian menarik ruas garis melalui kedua titik itu.
4)        Asosiasi verbal (verbal association)
Belajar asosiasi verbal adalah tipe belajar yang menggabungkan hasil belajar yang melibatkan unit bahasa (lisan) seperti memberi nama sebuah objek/benda. Sebagai contoh, bila diperlihatkan suatu bentuk geometris, seorang siswa dapat mengatakan bentuknya adalah ’persegi’. Sebelumnya, ia harus dapat membedakan bentuk-bentuk geometris agar dapat mengenal ’persegi’ sebagai salah satu bentuk geometris. Hubungan itu terbentuk bila unsur-unsur itu terdapat dalam urutn tertentu, yang satu segera mengikuti yang satu lagi (contiguity).
5)        Belajar diskriminasi (discrimination learning)
Belajar diskriminasi atau memperbedakan adalah belajar untuk membedakan hubungan stimulus-respons agar dapat memahami berbagai objek fisik dan konsep. Ada dua macam belajar diskriminasi, yaitu belajar disriminasi tunggal dan belajar diskriminasi jamak. Sebagai contoh belajar diskriminasi tunggal, siswa dapat membedakan lambang ∩ dan U dalam operasi himpunan. Belajar diskriminasi jamak, misalnya siswa dapat membedakan sudut dan sisi pada segitiga lancip, siku-siku, dan tumpul, atau pada segitiga sama sisi, sama kaki, dan sembarang.
6)        Belajar konsep (concept learning)
Belajar konsep adalah belajar memahami sifat-sifat bersama dari benda-benda konkrit atau peristiwa-peristiwa untuk dikelompokkan menjadi satu jenis. Untuk mempelajari suatu konsep, anak harus mengalami berbagai situasi dan stimulus tertentu. Pada tipe belajar ini, mereka dapat mengadakan diskriminasi untuk membedakan apa yang termasuk atau tidak termasuk dalam suatu konsep. Melalui pemahaman konsep siswa mampu mengidentifikasikan benda lain yang berbeda ukuran, warna, maupun materinya, namun masih memiliki kararkteristik dari objek itu sendiri. Sebagai contoh, seorang siswa dikatakan telah belajar konsep himpunan jika ia telah dapat menunjukkan kumpulan objek yang merupakan contoh himpunan atau bukan contoh himpunan.
7)        Belajar aturan (rule learning)
Belajar aturan adalah tipe belajar yang memungkinkan peserta didik dapat menghubungkan dua konsep atau lebih untuk membentuk suatu aturan. Harus diingat, mengenal aturan tanpa memahaminya akan merupakan verbal-chain saja, dan hal ini merupakan cara pembelajaran yang keliru. Seorang siswa dikatakan telah belajar aturan jika ia telah mampu mengaplikasikan aturan itu Misalnya, dalam matematika siswa dapat memahami bahwa (a + b)(a – b) = a2 – b2 berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, seperti perkalian dua bilangan, perkalian berulang, perkalian dua bilangan berbeda tanda, dan penjumlahan/pengurangan dua bilangan.
8)        Memecahkan masalah (problem solving)
Belajar memecahkan masalah merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dan lebih kompleks dibandingkan dengan tipe belajar yang lain. Dalam belajar pemecahan masalah, ada empat langkah penting dalam proses pemecahan masalah menurut Polya (dalam Pirdaus, 2007), yaitu (1) memahami masalahnya, dalam arti menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, (2) merencanakan cara penyelesaiannya, (3) melaksanakan rencana; dan (4) menafsirkan atau mengecek hasilnya. Dalam belajar pemecahan masalah, siswa harus memiliki pemahaman sejumlah konsep dan aturan. Selain itu, siswa juga harus memiliki strategi yang dapat memberikan arah pada pemikirannya untuk memecahkan masalah itu.
Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar. Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil belajar yang mempunyai ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut adalah:
1)      Keterampilan intelektual: kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau gambar.
2)      Informasi verbal: seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.
3)      Strategi kognitif: kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri, mengingat dan berfikir.
4)      Keterampilan motorik: seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah otomatisme yaitu gerakan berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.
5)      Sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihan-pilihan dalam bertindak
e.       Fase Belajar
Menurut Gagne belajar melalui empat fase utama yaitu:
1)      Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini siswa memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. ini berarti bahwa belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap siswa, dan sebagai akibatnya setiap siswa bertanggung jawab terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima pada situasi belajar.
2)      Fase perolehan (acqusition phase). Pada fase ini siswa memperoleh pengetahuan baru  dengan menghubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya. Dengan kata lain pada fase ini siswa membentuk asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
3)      Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
4)      Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan.






2.       PEMBENTUKAN KONSEP TABA
Mengikut Taba, konsep boleh dibentuk dengan tepat melalui penyusunan banan-bahan pengajaran dalam suatu sistem yang sesuai. Penyusunan maklumat dalam proses pengajaran dan pembelajaran adalah diutamakan dalam model ini. Model ini menerangkan bahawa seseorang pelajar melakukan operasi kognitif ke atas bahan pengajaran atau pemilihan sesuatu konsep haruslah dilakukan. Rumusannya, dengan merujuk kepada model ini, guru dapat merancang pengajaran dengan membahagikan topik kepada generalisasi, konsep dan fakta-fakta yang berguna untuk menentukan kaedah pengajaran yang sesuai.
Model Pengajaran Taba mengaitkan stuktur pengetahuan dengan proses perancangan dan pembelajaran. Semasa proses perancangan pelajaran, perkara-perkara yang hendak dipertimbangkan ialah penyusunan data, pembentukan konsep dan membuat generalisasi atau prinsip dari konkrit kepada abstrak. Di dalam proses pembelajaran, teknik meningkatkan daya pemikiran pelajar adalah penting untuk memperoleh dan menguasai generalisasi atau prinsip yang abstrak, pembentukan sesuatu konsep haruslah dilakukan melalui empat peringkat utama. Empat Peringkat Utama
1.      Peringkat Penyusunan Data.  Menyusun fakta-fakta dengan memerhatikan ciri-ciri persamaan dan perbezaannya.
2.      Peringkat Pembentukan Konsep. Menggolongkan dan mengelaskan fakta-fakta berdasarkan ciri-ciri persamaan supaya menjadi kategori tertentu.
3.      Peringkat Membentuk Hukum. Membuat kesimpulan atau generalisasi berdasarkan hubungan-hubungan di antara kategori-kategori yang dibuat dalam peringkat sebelumnya.
4.      Peringkat Aplikasi.
o    Penggunaan generalisasi atau kesimpulan baru Model Pengajaran Taba mengaitkan stuktur pengetahuan dengan proses perancangan dan pembelajaran.
o    Semasa proses perancangan pelajaran, perkara-perkara yang hendak dipertimbangkan ialah penyusunan data, pembentukan konsep dan membuat generalisasi atau prinsip dari konkrit kepada abstrak.   
*        Model pembelajaran taba
1.        Menekankan proses pemikiran induktif dalam P&P.
2.        Menggunakan pendekatan grass-root (guru) iaitu perancangan pengajaran mesti direkabentuk oleh guru
3.        Penyusunan bahan-bahan pengajaran dalam sesuatu sistem yang sesuai yang dapat meningkatkan kemahiran berfikir
4.        Menerangkan bahawa seseorang pelajar melakukan operasi kognitif ke atas bahan pengajaran
5.        Merupakan kaedah yang berkesan untuk mengajar kandungan kurikulum dalam bentuk generalisasi dan diskriminasi
*        Generealisasi
Pelajar membuat generalisasi selepas berjaya mengorganisasi data. Pelajar membuat generalisasi hanya setelah maklumat atau data-data disusun dengan sempurna. Pelajar boleh dibawa mengarah ke arah membuat generalisasi melalui pembinaan konsep dan strategi mendapat konsep
*        Andaian Berfikir
Menurut Joyce dan Well, Taba menggunakan tiga andaian utama dalam membina model pengajaranny ini.
1.      Pemikiran boleh diajarii.
2.      Pemikiran adalah transaksi yang aktif antara individu dan data.
3.      Proses Berfikir melibatkan urutan yang mengikut peraturan
*        Langkah-langkah model Taba
1.         Diagnosis Keperluan
Memerlukan proses mereka bentuk kurikulum dengan mengenalpasti keperluan pelajar yaitu mereka yang menjadi target kurikulum yang dirancang. Mewujukan kesedian belajar dengan merancang isi pelajaran mengikut kebolehan pelajar serta susunan yang sesuai.
2.         Membentuk Objektif
Selepas mengenalpasti keperluan yang diambil perhatian objektif untuk kurikulum perlu dibentuk. Contoh: Di akhir pembelajaran pelajar boleh menerangkan ciri-ciri setiap jenis.
3.         Memilih Isi Kandungan pembelajaran
Objektif yang dipilih atau yang dibentuk adalah berdasarkan mata pelajaran dan kandungan kurikulum. Berdasarkan Huraian Suatu Pembelajaran.
4.         Menyusun Kandungan pembelajaran
Perancangan kurikulum tidak hanya memilih isi kandungan, tetapi mesti mengaturnya secara tersusun dengan mengambil kira kemantangan pelajar, percapaian pelajar dan minat pelajar.
5.         Memilih Pengalaman Pembelajaran
Isi kandungan mesti disampai kepada pelajar dan isi kandungan perlu menarik perhatian pelajar. Kaedah pengajaran guru mesti melibatkan pelajar dengan isi kandungan. Dengan menggunakan pengalaman pelajar atau pengetahuan sedia ada untuk mengaitkan dengan pelajaran baru seperti topik yang lalu, pengalaman harian yang pelajar lalui. Pengetahuan dan pengalaman ini harus ada kaitan dengan topik yang akan diajarkan
6.         Menyusun Pengalaman Pembelajaran
Isi kandungan perlu teratur dan tersusun. Begitu juga dengan aktiviti pembelajaran. Tahap kebolehan pelajar perlu diambil kira dalam melaksanakan sesuatu aktiviti pembelajaran. Menggunakan pengalaman pelajar, teknik generalisasi.
7.         Menentukan Apa dan bagaimana Menilai kurikulum
Perancangan kurikulum perlu mengenalpasti apakah objektif yang dicapai. Prosedur penilaian perlu diperuntukan oleh guru dan pelajar.• Penilaian boleh dinilai dengan memberi kuiz atau ujian.


















3.       PENGUASAAN KONSEP BRUNNER
a.      Bruner dan Teorinya.
Jerome Bruner dilahirkan dalam tahun 1915. Jerome Bruner, seorang ahli psikologi yang terkenal telah banyak menyumbang dalam penulisan teori pembelajaran, proses pengajaran dan falsafah pendidikan. Bruner bersetuju dengan Piaget bahawa perkembangan kognitif kanak-kanak adalah melalui peringkat-peringkat tertentu. Walau bagaimanapun, Bruner lebih menegaskan pembelajaran secara penemuan iaitu mengolah apa yang diketahui pelajar itu kepada satu corak dalam keadaan baru (lebih kepada prinsip konstruktivisme).
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajarai manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.
Bruner menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu, didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Teori instruksi menurut Bruner hendaknya mencakup:
1.    Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar, ditinjau dari segi aktivasi, pemeliharaan dan pengarahan.
2.    Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal, ditinjau dari segi cara penyajian, ekonomi dan kuasa.
3.    Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajran secara optimal, dengan memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak, sifat materi pelajaran dan perbedaan individu.
4.    Bentuk dan pemberian reinforsemen.
Beliau berpendapat bahawa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Kanak-kanak membentuk konsep dengan mengasingkan benda-benda mengikut ciri-ciri persamaan dan perbezaan. Selain itu, pengajaran didasarkan kepada perangsang murid terhadap konsep itu dengan pengetahuan sedia ada. Misalnya,kanak-kanak membentuk konsep segiempat dengan mengenal segiempat mempunyai 4 sisi dan memasukkan semua bentuk bersisi empat kedalam kategori segiempat,dan memasukkan bentuk-bentuk bersisi tiga kedalam kategori segitiga.
Dalam teori belajarnya Jerome Bruner berpendapat bahwa kegiatan belajar akan berjalan baik dan kreatif jika siswa dapat menemukan sendiri suatu aturan atau kesimpulan tertentu. Dalam hal ini Bruner membedakan menjadi tiga tahap. Ketiga tahap itu adalah: (1) tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman baru, (2) tahap transformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan baru serta ditransformasikan dalam bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain, dan (3) evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
b.      Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner
1.      Empat Tema tentang Pendidikan
a.      Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
b.      Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas penguasaan ketrampilan-ketrampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi
c.       Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupaka kesimpulan yang sahih atau tidak.
d.      Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
2.      Model dan Kategori
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri.
Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkontruksi pengetahuannya dengan menghubungkan informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu model alam (model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang diketahui.    
3.      Belajar sebagai Proses Kognitif
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Bruner, 1973).
Informasi baru dapat merupaka penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang atau informasi itu dapat dersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang mempelakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tig sistem keterampilan untuk menyatakan kemampuanny secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner (1966). Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara ikonik dan cara simbolik.
Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan daripada objek-objek,  memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak kecil hanya dapat bertindak berdasarkan ”prinsip-prinsip” timbangan dan menunjukkan hal itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. ”Bayangan” timbangan itu dapat diperinci seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara matematik dengan menggunakan Hukum Newton tentang momen.
4.      Ciri khas Teori Bruner dan perbedaannya dengan teori yang lain
Teori Bruner mempunyai ciri khas daripada teori belajar yang lain yaitu tentang ”discovery” yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut ”kurikulum spiral kurikulum”. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks, dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada merangsang siswa  menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep yang lama melalui pembelajaran penemuan.
c.       Belajar Penemuan
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner (1966) yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar peneuan sesuai dengan pencarian pengetauan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
1.      Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Diantaranya adalah:Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.
2.      Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3.      Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.
Asumsi umum tentang teori belajar kognitif: a. Bahwa pembelajaran baru berasal dari proses pembelajaran sebelumnya. b. Belajar melibatkan adanya proses informasi (active learning). c. Pemaknaan berdasarkan hubungan. d. Proses kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada hubungan dan strategi.
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya. Model  kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan  hubungan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne.  Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda.  Ausubel menekankan pada apsek pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas  bagaimana peserta didik  memperoleh informasi dari lingkungan.  Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan intelektual, yaitu:
1.      Enactive, dimana seorang peserta didik  belajar tentang dunia melalui tindakannya pada objek, siswa melakukan aktifitas-aktifitasnya dalam usahanya memahami lingkungan
2.       Iconic,  dimana belajar terjadi melalui penggunaan model dan gambar
3.      Symbolic yang mendeskripsikan kapasitas dalam berfikir abstrak, siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika dan komunikasi dilkukan dengan pertolongan sistem simbol. Semakin dewasa sistem simbol ini samakin dominan.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas (Burner, Ausubel, dan gagne), ternyata teori kognitif melibatkan hal-hal mental atau pemikiran seseorang individu. Teori ini ada kaitan dengan ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang. Sesuatu pengetahuan yang diperolehi melalui pengalaman atau pendidikan formal akan disimpan dan disusun   melalui proses pengumpulan pengetahuan supaya dapat digunakan kemudian. 
Penerapan Model  Kognitif dalam pembelajaran:
Belajar
Karakteristik Teori
Penerapan Dalam pembelajaran
Kognitif Bruner
Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri. Teori ini mengarahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning.
1.   Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2.   Memilih materi pelajaran
3.   Menentukan topik-topik yang akan dipeserta didiki
4.   Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
5.   Mengatur topik peserta didik  dari konsep yang paling kongkrit kje yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
6.   Mengevaluasi proses dan hasil belajar
Bermakna Ausubel
Dalam aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik
1.   Menentukan tujuan-tujuan instruksional
2.   Mengukur kesiapan peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal, interviw, pertanyaan dll.
3.   Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
4.   Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
5.   Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik
6.   Membuat dan menggunakan “advanced organizer” paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan
7.   Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada
8.   Mengevaluasi proses dan hasil belajar



























4.       TEORI SKEMA DARI MAYER
Skemata berawal dari teori skema, yang menggambarkan proses dimana pembelajar membandingkan latar belakang pengetahuan yang mereka miliki dengan informasi yang baru akan didapatkannya. Teori skema ini didasarkan pada kepercayaan bahwa setiap kegiatan pemahaman dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang yang luas.
Ada dua proses yang saling mengisi yang menyebabkan skemata seseorang senantiasa berkembang, yaitu: Proses asimilasi dan proses akomodasi. Asimilasi adalah proses penyerapan konsep baru ke dalam struktur kognitif yang telah ada, pada proses asimilasi seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang ada untuk menanggapi masalah yang datang dari lingkungannya. Akomodasi adalah proses pembentukan skemata baru atau memodifikasi struktur kognitif yang telah ada supaya konsep-konsep baru dapat diserap.Jadi dalam proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur kognitif yang sudah ada dalam mengadakan respon terhadap tantangan lingkungannya.
Keserasian antara asimilasi dengan akomodasi, kemudian disebut Ekuilibrasi. Ekuilibrasi adalah proses terjadinya perubahan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain yang mengahasilkan suatu keseimbangan baru. Jika seseorang berhadapan dengan suatu masalah, maka struktur kognitifnya akan mengalami ketidakseimbangan sehingga secara spontan struktur kognitif tersebut mengadakan kegiatan pengaturan diri (Self-regulation) sebagai upaya untuk memperoleh suatu keseimbangan baru lagi. Tercapainya keseimbangan baru meunjukkan bahwa ada sesuatu yang telah dicapai sebagai umpan balik dan disimpan dalam struktur yang permanen.
Upaya mengaktifkan skemata dalam pembelajaran siswa adalah dengan menggunakan advance organizer atau pengorganisasian awal. Contoh advance organizer atau pengorganisasian awal adalah: menggunakan Visual aids (bantuan visual) berupa gambar, melakukan demonstrasi, berbicara tentang pengalaman hidup yang nyata yang dihubungkan dengan materi pelajaran yang ada, memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi pelajaran yang ada, melakukan diskusi.
Dari perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam struktur mantal seseorang yang atas kapasitas untuk menunjukkan perilaku yang berbeda. Perhatikan kalimat “menciptakan kapasitas. Dari perspektif kognitif, belajar dapat terjadi tanpa ada perubahan langsung dalam perilaku, bukti perubahan dalam struktur mental dapat terjadi dalam beberapa waktu kemudian. “struktur mental” bahwa perubahan termasuk skema, keyakinan, tujuan, harapan dan komponen lainnya. Dalam pelajaran david, karena randy misalnya sadar walaupun tentang kebutuhannya untuk membuat catatan, dan Tanta, Rendy dan Juan membentuk hubungan, dalam pikiran mereka, menghubungkan informasi dari grafik, transparansi, dan demonstrasi.
Baik teori behaviorisme atau kognitif sosial dapat menjelaskan upaya siswa-siswa. Bagaimana informasi “di kepala pelajar itu” diperoleh, dan bagaimana disimpan? Kita menjawab pertanyaan-pertanyaan pada bagian berikutnya kita mengamati pengolahan informasi, salah satu yang pertama dan paling diteliti secara deskripsi tentang bagaimana orang mengingat (Hunt & Ellis, 1999).
1.      Pengolahan Informasi
Pengolahn informasi adalah teori belajar yang menjelaskan bagaimana rangsangan memasukkan sistem ingatan kita, dipilih dan terorganisir untuk penyimpanan, dan diambil dari memori (Mayer, 1998a). Teori belajar kognitif yang paling menonjol dari abad ke-20, ia memiliki implikasi penting untuk mengajar hari ini (Mayer, 1998b).
2.      Model: Bantuan untuk Memahami
Pikirkan kembali sejenak disekolah ketika kita memahami belajar geografi, mungkin kimia, atau mengambil psikologi pendidikan. Dalam geografi, kita memahami fase di bumi, dan dalam kimia, kita mempelajari struktur atom. Karena kita langsung dapat mengalami hanya sebagian kecil dari bumi, kita menggunakan peta dan bola dunia sebagai miniatur dari model bumi yang berguna untuk lebih memahami. Demikian pula, dalam kimia kita tidak bisa langsung mengamati atom dengan semua bagian, sehingga dengan belajar model visulalize partikel kecil, akan membantu kita dalam representasi yang memungkinkan peserta didik untuk visualisasi. Mereka tidak dapat mengamati secara langsung. Kami menghadapi situasi yang sama ketika kita mencoba untuk visualisasi apa yang terjadi selama pemrosesan informasi mewakili pandangan terkini dari bagaimana psikologi kognitif berpikir dengan proses informasi. (R. Atkinsons).
Komputer ini sering digunakan sebagai analogi untuk memproses informasi. Sebagai contoh, komputer dan manusia memperoleh, menyimpan, dan mengambil pengetahuan dan membuat keputusan. Komputer mengambil simbol sebagai input, berlaku operator untuk output produk manusia yang dilakukan (Mayer, 1996) misalnya, apa yang dihadapkan dengan masalah matematika, kita menggunakan simbol untuk angka dan bahasa tertulis (input), bekerja pada masalah dan, menghasilkan solusi (output). simbol Sebuah komputer adalah elektronik yang ditulis tentang kalimat dan angka.
Model pengolahan informasi memiliki tiga komponen utama:
1.      Informasi melimpah
2.      Proses kognitif
3.      Metakognisi
Informasi melimpah adalah repositori yang memegang informasi, analog dengan memori utama komputer dan hard drive. informasi ini dalam model pemrosesan informasi adalah sensor memori, memori kerja, dan memori jangka panjang.
3.      Memori Sensor
Memori sensori adalah menyimpan informasi yang sebentar memegang stimulus dari lingkungan sampai mereka dapat diproses (Neisser 1967). Materi dalam memori sensori adalah “meskipun harus benar-benar tidak terorganisir, pada dasarnya salinan persepsi objek dan kejadian di dunia”. (Leahey & Harris 1997). Memory sensori hampir terbatas kapasitas, tetapi jika pengolahan tidak segera dimulai, memori jejak cepat memudar. Memori sensorik diperkirakan menyimpan informasi sekitar 1 detik untuk visi dan 2 sampai 4 detik untuk mendengar (leahey & Harris, 1997).
Memori sensorik adalah titik awal yang penting untuk diproses lebih lanjut. dalam percobaan membaca misalnya, akan tidak mungkin untuk mendapatkan makna dari kalimat jika kata-kata hilang dari memori visual indra kita sebelum sampai ke akhir. Hal yang sama berlaku untuk bahasa lisan. Memori sensori memungkinkan kita untuk menyimpan informasi yang cukup lama untuk melampirkan arti dan mentransfernya ke memori kerja berikutnya.
4.      Memori kerja
Memori kerja, secara historis disebut memori jangka pendek, adalah yang menyimpan informasi sebagai pribadi proses. Memori kerja adalah bagian sadar sistem informasi pengolahan, itu adalah tempat berpikir mengambil dengan sengaja (Sweller et al, 1998).
Chunking, adalah proses mental menggabungkan item yang terpisah menjadi lebih besar, unit lebih bermakna (G, Miller, 1956). Masalah yang melibatkan strategi mengajar memiliki implikasi penting bagi pertumbuhan kita sebagai seorang guru. Sebagai contoh, pertanyaan merupakan inti dari sejumlah strategi pengajaran yang canggih, seperti penemuan terbimbing, tapi bagi banyak guru, tidak otomatis. Ini berarti anda harus berlatih keterampilan penting, seperti mempertanyakan, sampai mereka menjadi otomatis jika Anda berharap untuk menggunakan strategi seperti dscovery dipandu dalam mengajar Anda.
Adalah cara dua bagian, visual dan komponen pendengaran, bekerja sama dalam memori kerja (Baddeley, 1992). Bahwa setiap bagian terbatas kapasitas, mereka bekerja secara independen dan additively (Mayer 1997). Prosesor visual melengkapi andvice prosesor pendengaran sebaliknya. Sebuah presentasi simultan dari visual dan verbal (auditory) informasi penting karena memberikan dua rute untuk mewakili informasi dalam memori (Mayer, 1997). Memang, penelitian menunjukkan bahwa siswa akan belajar lebih banyak jika penjelasan verbal yang dilengkapi dengan representasi visual (Mayer & moreno, 1998). Sayangnya, guru sering menggunakan kata-kata saja, untuk menyajikan informasi, membuang-buang beberapa kemampuan pemrosesan memori kerja ini.
5.      Memori Jangka Panjang
Ini seperti sebuah perpustakaan dengan entri jutaan dan jaringan yang memungkinkan mereka untuk diambil untuk referensi dan penggunaan. Ini berbeda dari memori kerja dalam kapasitas merusak dan durasi. Sedangkan memori kerja terbatas sekitar tujuh item informasi untuk hitungan detik, kapasitas memori jangka panjang adalah luas dan tahan lama. Beberapa ahli seggest informasi yang di dalamnya tetap untuk seumur hidup (Schunk, 2000).
Salah satu gambaran yang paling banyak diterima membedakan memori jangka panjang antara pengetahuan deklaratif, pengetahuan fakta, definisi, prosedur, dan aturan, dan pengetahuan prosedural, pengetahuan tentang bagaimana untuk melakukan tugas-tugas (J. Anderson, 1990), misalnya, seorang pelajar yang mengatakan, “untuk menambahkan fraksi, Anda harus terlebih dahulu punya seperti penyebut,” tahu aturan untuk menambahkan fraksi tetapi tidak mungkin bisa benar-benar melakukan perhitungan. Mengetahui aturan adalah dari pengetahuan deklaratif, yang dapat menambahkan fraksi memerlukan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif dapat ditentukan langsung dari commens seseorang, sedangkan pengetahuan prosedural yang disimpulkan dari kinerja seseorang. Untuk mengembangkan pengetahuan prosedural, siswa harus berlatih keterampilan, seperti menambahkan fraksi atau menulis esai, dan menerima umpan balik tentang kinerja mereka.
6.      Skema Memori Pengetahuan Deklaratif
Banyak peneliti percaya bahwa pengetahuan deklaratif disimpan dalam jangka-memori dalam bentuk skema (juga disebut skemata), jaringan terorganisir informasi (J. Anderson, 1990 dkk). Skema menggabungkan bentuk yang lebih sederhana informasi, seperti proposisi, orderings linier, dan gambar (Gagne, dkk, 1993). Misalnya, “adalah planet pluto” adalah proposisi, bintang terkecil dari informasi yang dapat judget benar atau salah. orderings Linear peringkat informasi menurut beberapa dimensi, seperti planet dalam rangka mereka dari matahari, dan menyimpan gambar karakteristik fisik sebagai gambar mental, seperti sebuah visualisasi dari gumpalan dari transparansi David.
Skema dibangun secara individual, dinamis (perubahan dalam menanggapi informasi baru), dan kontekstual (tergantung pada situasi di mana mereka pelajari) (Wigneld, dkk, 1996).






















5.        SUBSUMATIVE DARI AUSUBEL
a.    Pengertian Belajar Menurut Ausubel
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa, melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
Pada tingkat pertama dalam belajar, informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final, maupaun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diajarkan. Pada tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep-konsep atau lain-lain) yang telah dimilikinya; dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu, tanpa menghubungkan pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar hafalan.
Kedua dimensi, yaitu penerimaan/penemuan dan hafalan/bermakna, tidak  menunjukkan dikotomi sederhana, melainkan merupakan suatu continuum. Ausubel menyatakan, bahwa banyak ahli pendidikan menyamakan belajar penerimaan dengan belajar hafalan, sebab mereka berpendapat bahwa belajar bermakna hanya terjadi bila siswa menemukan sendiri pengetahuan. Maka, belajar penerimaan pun dibuat bermakna, yaitu dengan cara menjelaskan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan belajar penemuan rendah kebermaknaannya, dan merupakan belajar hafalan, yakni memecahkan suatu masalah hanya dengan coba-coba seperti menebak suatu teka-teki. Belajar penemuan yang bermakna sekali hanyalah terjadi pada penelitian yang bersifat ilmiah.
b.   Prinsip dan Karakteristik belajar Menurut Ausubel
1.      Belajar Bermakna
Inti dari teori Ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna (Ausubel, 1996). Bagi Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Walaupun kita tidak mengetahui mekanisme biologi tentang memori atau disimpannya pengetahuan, kita mengetahui bahwa informasi disimpan di daerah-daerah tertentu dalam otak. Banyak sel otak yang terlibat dalam penyimpanan pengetahuan itu. Dengan berlangsungnya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang sedang dipelajari.
2.      Belajar Hafalan
Bila dalam struktur kognitif seseorang tidak terdapat konsep-konsep relevan atau subsumer-subsumer relevan, maka informasi baru dipelajari secara hafalan. Bila tidak dilakukan usaha untuk mengasimilasikan pengetahuan baru pada konsep-konsep yang sudah ada dalam struktur kognitif, akan terjadi belajar hafalan. Pada kenyataannya, banyak guru dan bahan-bahan pelajaran jarang sekali menolong para siswa untuk menentukan dan menggunakan konsep-konsep relevan dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan baru, dan akibatnya pada para siswa hanya terjadi hafalan. Lagi pula sistem evaluasi di sekolah menghendaki hafalan, jadi timbul pikiran pada para siswa untuk apa bersusah payah belajar secara bermakna.
c.    Langkah-langkah Pembelajaran
Sebelum dimulainya suatu proses belajar, maka penting untuk memperhatikan apa-apa saja yang telah diketahui siswa, sebab ini merupakan faktor dalam mempengaruhi keberhasilan belajar. Untuk itu perlu dibuat langkah-langkah pembelajaran agar tidak terjadi kerancuan dalam kegiatan belajar. Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran menurut teori Ausubel:
1.    Menentukan tujuan pembelajaran.
2.    Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awwal, motivasi, gaya    belajar, dan sebagainya)
3.    Memilih materi pelajaran sesuai dengan karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep-konsep inti.
4.    Menentukan topik-topik dan menampilkanya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa.
5.    Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata/konkret.
6.    Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
d.   Kegiatan Pembelajaran
Hakikat belajar merupakan suatu aktivitas yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi, perceptual, dan proses internal. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan agar belajar lebih bermakna bagi siswa. Berikut merupakan bentuk kegiatan kegiatan pembelajaran:
1.      Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melaui tahap-tahap tertentu.
2.      Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit.
3.      Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4.      Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si pelajar.
5.      Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dan sederhana ke kompleks.
6.      Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
7.      Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.
e.    Faktor - faktor yang Mempengaruhi Belajar Bermakna
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel (1963), ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demiklian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif  itu stabil, jelas, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul, dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya, jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar dan retensi.
Prasyarat-prasyarat dari belajar bermakna adalah sebagai berikut:
1.            Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial
2.            Anak yang akan belajar atau siswa harus bertujuan untuk melaksanakan belajar bermakna, jadi mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna
f.     Kelebihan dari belajar menurut teori Ausubel
Proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimiliknya dengan pengetahuan baru. Proses belajar aka terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Menurut Ausubel dan juga Novak (1997), ada tiga kebaikan dari belajar           bermakna,yaitu:
1.    Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat.
2.    Informasi yang tersubsumsi berakibatkan peningkatan diferensiasi dari subsumer-subsumer, jadi memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip.
3.    Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif, meninggalkan efek residual pada subsume, sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip, walaupun telah terjadi “lupa”

6.        WEBTEACHING DARI DONAL A. NORMAN
1.      Konsep Teori Pemrosesan Informasi Donald A. Norman
Teori Donald A. Norman tentang belajar diuraikan dalam beberapa pokok bahasan yaitu:
a.       Hukum Belajar, yang meliputi:
1)        Hukum hubungan sebab akibat (The law of causal relationship).
Suatu organisme untuk menghubungkan belajar antara suatu tindakan khusus dan suatu hasil, sesuatu yang harus menjadi suatu hubungan sebab akibat yang jelas diantara keduanya
2)        Hukum belajar sebab akibat (The law of causal learning)
Dalam hukum belajar sebab akibat mempunyai dua bagian: Pertama, untuk hasil yang diinginkan, organisme yang mencoba untuk mengulangi tindakan-tindakan tertentu yang memiliki suatu hubungan sebab akibat yang jelas pada hasil yang diinginkan. Kedua, untuk hasil yang tidak diinginkan, organisme yang mencoba untuk menghindari tindakan-tindakan itu yang mempunyai suatu hubungan sebab akibat yang jelas untuk hasil yang tidak diinginkan.
3)        Hukum umpan balik informasi (The law of information feedback)
4)        Dalam hukum umpan balik informasi ini, hasil dari suatu penyajian peristiwa sebagai informasi tentang peristiwa tersebut.
2.      Model Belajar.
Dalam pembahasan  tentang model- model belajar, Rumelhart and Norman (1981) memperlihatkan kedekatan hubungan antara pendekatan proses informasinya (information processing approach) dan pandangan Piaget tentang pengembangan pengetahuan (developmental knowledge). Adapun model- model belajar yang diuraikan  dalam pemikiran Donald A. Norman sebagai berikut:
a.    Accretion (Pertumbuhan)
Accretion merupakan proses penambahan pengetahuan pada skemata yang ada, tanpa mengubah strukturnya dalam cara-cara yang mendasar. Contoh belajar mengendarai mobil yang sebelumnya tidak bisa mengendarainya. Norman (1982) menulis, agaknya kita telah memiliki kerangka pengetahuan tentang struktur automobil dan mekaniknya. Namun, kita masih harus belajar tentang mobil baru dan bagian-bagiannya yang penting. Sebagaimana mobil kita memasukkan aspek-aspek baru ke dalam memori sesuai dengan bentuk maupun caranya.
b.    Structuring (Penyusunan)
Ketika keberadaan skemata tidak dapat berhubungan dengan lingkungan secara efektif. Maka Norman menunjukkan kepada belajar skemata sebagai struktur.
c.    Tuning (Penyelarasan)
Merupakan penyesuaian suatu skemata pada suatu jenis situasi hubungan yang luas. Tuning mencoba memasukkan hal yang tidak baik pada bentuk yang sempurna dan ini menunjukkan keterlambatan jenis belajar. Dalam proses ini dituntut untuk selalu menyelaraskan dengan yang lebih mampu, yang tidak baik harus selaras dengan yang ahli. Hal ini tidak mudah dan akan membutuhkan waktu yang banyak untuk menyelaraskannya.
d.   Learning by analogy (pembelajaran dengan analogi)
Model ini menurut Norman bahwa belajar skemata baru selalu dihubungkan dengan skemata yang sudah ada. Dalam proses ini beranggapan bahwa skemata yang ada merupakan suatu analogi yang sempurna untuk yang lain.
3.      Memory (Ingatan)
Memori adalah proses mental yang meliputi pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat pada otak. Menuut Ellis dan Hunt, memory atau ingatan menunjuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime). Hampir semua aktifitas manusia selalu melibatkan aspek ingatan. Oleh karena itu ingatan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam proses kognitif manusia.
Menurut Norman bahwa terdapat tiga hal yang harus dikelola untuk mengingat dengan sukses, yaitu menerima (acquisition), menyimpan (retention) dan mengingat kembali (retrieval). Istilah lain yang digunakan untuk menamakan ketiga istilah tersebut yaitu: memasukkan (encoding), menyimpan (strorange), menimbulkan kembali (retrieval). Dalam buku An Introduction To Theories Of Learning dijelaskan bahwa ada tiga tipe memori, yaitu: Sensory Memory, Short Term Memory, Long Term Memory.
a.    Sensory Memory
Memori sensoris yaitu memori yang mempertahankan atau menyimpan informasi dari luar dalam bentuk sensori aslinya hanya selama beberapa saat atau sepersekian detik. Sensory Memory ini merupakan sel pertama kali informasi diterima dari luar.
b.    Short Term Memory
Short Term Memory adalah sistem memori berkapasitas terbatas, dimana informasi dipertahankan sekitar 30 detik, kecuali informasi itu diulang atau diproses lebih lanjut, di mana dalam kasus itu daya tahan simpanannya dapat lebih lama. Memori jangka pendek berfungsi sebagai pusat kontrol kognitif untuk perhatian, karena memori jangka pendek menentukan ke mana perhatian diarahkan, bagaimana pengkodean input baru, dan bagaimana terlibat dalam proses pengulangan. Memori jangka pendek dibagi menurut jenis sensori penerima terdiri dari: visual, auditori, tekstual, kinestetik, dan penciuman.
c.    Long Term Memory
Long Term Memory adalah tipe memori yang menyimpan banyak informasi selama periode waktu yang lama secara relatif permanen. Ingatan memori jangka panjang bisa bertahan selama berjam- jam, berhari- hari, berbulan- bulan atau bahkan bertahun- tahun.  Berkaitan dengan ketiga jenis memori di atas, maka peserta didik dalam proses pembelajaran memanfaatkan ketiga memori tersebut. Seperti contoh: Peserta didik menerima pelajaran tentang “Allah”, maka mula- mula informasi dan pengetahuan tentang “Allah” akan masuk ke dalam short term memory melalui indera mata (dengan cara melihat simbol/ tulisan Allah) atau telinga siswa tersebut (dengan cara mendengar sebutan nama Allah). Kemudia, informasi mengenai Allah itu diberi kode misalnya dalam bentuk simbol- simbol A-L-L-A-H. Setelah selesai proses pengkodeaan (encoding), informasi itu masuk dan tersimpan di dalam long term memory.
d.   Ragam Memory Berdasarkan Jenis Informasi Yang Disimpan. Disimpan dari sudut jenis informasi dan pengetahuan yang disimpan, memori manusia terdiri dari dua macam, yaitu:
1.    Semantic memory, yaitu memori khusus yang menyimpan arti- arti atau pengertian- pengrtian.
2.    Episodic memory, yaitu memori khusus untuk menyimpan informasi tentang peristiwa- peristiwa.
e.    Peristiwa Lupa dalam Belajar
Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa- apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Menurut Gulo dan Reber yang dikutip oleh Muhibbin Syah, bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Dengan demikian, lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita. Adapun faktor- faktor penyebab lupa diantaranya adalah:
1.    Gangguan konflik antara item- item informasi atau materi   yang ada dalam sistem memori.
2.    Karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada baik sengaja ataupun tidak.
3.    Karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali.
4.    Perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu.
5.    Karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dingat kembali.
6.    Perubahan urat syaraf otak.
f.     Sebelas Pokok Permasalahan iImu kognitif yang diungkapkan oleh Norman:
1.    Sistem Kepercayaan.
Menurut Norman, apa yang kita yakini benar tentang dunia dan diri kita sendiri (apakah keyakinan itu benar atau tidak) dapat mempengaruhi memori, persepsi, pemecahan masalah, dan interpretasi pengalaman pada umumnya. Hal ini penting, oleh karenanya yang kita tahu bagaimana sistem percaya terbentuk, bagaimana mereka beroperasi dan bagaimana mereka berubah. Norman memiliki pribadi mengalami pentingnya sistem keyakinan: "kunjungan singkat saya ke ini telah memberikan kesan dengan berapa banyak struktur kepercayaan saya sendiri yang tersembunyi terkait pengaruh murni inferensi logis saya, proses memori, dan interaksi sosial. Saya menduga bahwa kita akan menemukan bahwa lebih dari perilaku kita dengan ditentukan, tidak kurang. Sejauh keyakinan bisa disamakan dengan harapan, penelitian seperti Bandura telah membuat keuntungan substansial dalam menentukan pentingnya keyakinan dalam hidup seseorang, tetapi kata Norman, masih banyak yang harus dilakukan.
2.    Kesadaran.
3.    Pembangunan
Seperti Piaget, Norman percaya bahwa proses informasi anak-anak dan orang dewasa berbeda karena skema yang berbeda yang tersedia untuk mereka.
4.    Emosi
Banyak yang percaya bahwa emosi manusia merupakan evolusi dari sisa-sisa waktu sebelumnya, ketika perilaku emosional berhubungan dengan kelangsungan hidup, dan bahwa bagi manusia modern, emosi tidak relevan atau bahkan gangguan. Norman, berpendapat bahwa emosi memainkan peranan penting dalam perdagangan kami dengan lingkungan dan dia menempatkan mereka antara sistem peraturan dan sistem kognitif. Model ini akan menjelaskan mengapa, ketika kita memiliki pengalaman atau pikiran yang tidak kondusif untuk kelangsungan hidup, kita mengalami emosi negatif seperti marah, kecemasan, depresi, atau kebencian.
Bagi Norman, penting untuk mempelajari bagaimana pengalaman kognitif kita dilukis oleh sikap emosi: "Dan apa peran emosi dalam studi kognisiInteraksi
5.    Interaksi
Manusia adalah organisme social. Banyak studi proses kognitif telah mempelajari orang yang terisolasi. Banyak studi kelompok interaktif adalah dinamika situasi, atau aspek perilaku kelompok. Untuk pengetahuan saya, sedikit yang telah dilakukan untuk menggabungkan upaya ini, untuk menguji proses kognitif individu seperti yang biasa digunakan dalam pengaturan interaktif. Namun, karena modus normal untuk manusia adalah untuk berinteraksi, studi tentang memori bahasa dan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam isolasi alamat hanya satu bagian dari mekanisme kognisi manusia.
6.    Bahasa dan persepsi
Menurut Norman adalah bahwa bahasa dan persepsi banyak menerima perhatian. Bahkan ada kecenderungan untuk menyamakan ilmu kognitif dengan kajian dua topik. Norman merasa bahwa ini adalah kesalahan, karena pemahaman lengkap tentang kognisi manusia akan datang hanya ketika sifat dan pengaruh faktor seperti keyakinan, kesadaran, interaksi sosial, budaya, emosi, belajar, dan memori itu dipahami. Ini dan faktor lain, semua berinteraksi sebagai proses informasi manusia, dan jika menekankan pada beberapa saja dan mengabaikan yang lain maka itu adalah sebuah kesalahan
7.    Belajar.
Norman tidak menganggap baik sebagian besar teori-teori belajar dibahas dalam teks ini. "Psikolog mengembangkan teori global perilaku manusia dan hewan, sering dibangun seperti pembelajaran prinsip-prinsip dasar sebagai hukum akibat sifat asosiatif belajar dan memori. Semuanya telah datang untuk berpikir.
8.    Memori 
Norman mengingatkan kita tentang memori, Jangan terkesan oleh semua yang mungkin diketahui tentang psikologi memori. Memory memiliki beberapa teka-teki lainnya. Kami menyadari arti kata-kata dalam persepuluh detik (seperti dalam membaca), kamu dapat mengambil jam atau hari untuk mengambil salah satu dari kata-kata ketika kita mencari itu untuk digunakan dalam kalimat. Dan apa itu yang menjaga memopry mencari hal itu beberapa jam atau hari, sedangkan hasil pikiran sadar ke arah yang lain, ketika kebutuhan untuk kata mungkin telah lama berlalu? Peristiwa terkini mengingatkan pengalaman sebelumnya, tidak selalu dalam model yang jelas. Ini adalah pernyataan yang diterima dengan baik memori asosiatif, bahwa struktur memori tersebut akan disusun dalam beberapa jaringan bentuk, konsep, prototipe, frame, unit, skrip.
9.    Kinerja
Masalah-masalah kinerja yang nyata, mereka membutuhkan pemahaman tentang isu-isu kecanggihan komputasi yang cukup, dan mereka berinteraksi dengan persepsi dan proses berpikir secara mendasar. Mungkin untuk mengatakan bahwa banyak pengetahuan kita tentang dunia berada dalam pengetahuan kita tentang prosedur yang berinteraksi dengan dunia, bahwa skema motor persepsi-kognitif adalah memori kesatuan konstruksi, dan pemisahan satu dari yang lain menghancurkan keseluruhan.
10.    Skill
Norman percaya bahwa ada perbedaan baik kuantitatif dan kualitatif, antara seseorang yang hanya kompeten dalam tugas dan seseorang yang ahli. Ahli melakukan dengan kasus, secara otomatis dan tanpa kesadaran akan kegiatan yang terlibat dalam kinerja tugas. Perbedaan utama antara individu-individu yang terampil dan tidak terampil tidak hanya dicatat dan dipelajari.
11.    Pemikiran
Norman berpendapat bahwa terlalu banyak waktu dan energi yang telah dihabiskan belajar murni, proses berpikir abstrak. Sebagai contoh, beberapa psikolog, bahwa proses informasi manusia sebagai perangkat komputasi untuk tujuan umum. Pandangan ini menekankan kemampuan memecahkan masalah umum dan meminimalkan strategi pemecahan masalah yang berasal dari pengalaman lingkungan tertentu. Norman mengatakan, "Saya percaya bahwa penekanan terlalu banyak telah diberikan kepada sifat formal kemungkinan penalaran manusia, tidak cukup untuk informal, pengalaman berdasarkan model penalaran.
g.    Aplikasi Teori Pemrosesan Informasi dalam Pendidikan.
Aplikasi pendekatan pemrosesan informasi dalam pendidikan memandang guru sebagai pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai pelajar yang berusaha memahami tugas- tugasnya. Murid merupakan seseorang yang memainkan peran aktif dalam perkembangan mereka. Webteaching merupakan salah satu aplikasi teori Norman dalam pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif.
Webteaching merupakan suatu prosedur menata urutan isi bidang studi yang dikembangkan dengan menampilkan pentingnya peranan struktur isi bidang studi yang akan dipelajarai. Pengetahuan baru yang akan dipelajari secara bertahap harus diintegrasikan dengan struktur pengetahuan yang telah dimiliki.
h.    Evaluasi  Teori Pemrosesan Informasi Donald A. Norman.
KontribusiSelama bertahun-tahun diyakini bahwa proses kognitif terlalu misterius atau tidak dapat diakses untuk dipelajari secara ilmiah. Akan tetapi, dengan  teori pengolahan informasi ini, maka menunjukkan bahwa keyakinan ini adalah tidak benar. Pendekatan proses informasi menyediakan kerangka kerja di mana proses kognitif yang kompleks dapat dipelajari secara sistematis dan objektif.
Pendekatan proses informasi, khususnya yang disajikan oleh Norman, mendorong sintesis dari banyak atrmibut (sifat) manusia. Sebagai contoh, Norman menekankan fakta bahwa perilaku manusia adalah hasil dari interaksi merangsang kondisi saat ini, kenangan pengalaman masa lalu, emosi, kepercayaan, sikap, pengaruh budaya dan sosial, dan interaksi sesama manusia. Menurut Norman, untuk benar-benar mengerti mengapa manusia bertindak seperti yang mereka lakukan, kita harus memahami bagaimana variabel ini dan lainnya berinteraksi satu sama lain.






























7.        TEORI ELABORASI REIGELUTH
Pendekatan elaborasi berkembang sejalan dengan tumbuhnya perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa sebagai kebutuhan baru dalam menerapkan langkah-langkah pembelajaran. Dari pikiran Reigeluth lahirlah desain yang bertujuan membantu penyeleksian dan pengurutan materi yang dapat meningkatkan pecapaian tujuan. Para pendukung teori ini juga menekankan pentingnya fungsi-fungsi motivator, analogi, ringkasan, dan sintesis yang membantu meningkatkan efektivitas belajar. Teori ini pun memberikan perhatian pada aspek kognitif yang kompleks dan pembelajaran psikomotor. Ide dasarnya adalah siswa perlu mengembangkan makna kontekstual dalam urutan pengetahuan dan keterampilan yang berasimilasi.
Menurut Reigeluth (1999), teori elaborasi mengandung beberapa nilai lebih, seperti di bawah ini :
1.      Terdapat urutan pembelajaran yang mencakup keseluruhan sehingga memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan kebermaknaan.
2.      Memberi kemungkinan kepada pelajar untuk mengarungi berbagai hal dan memutuskan urutan proses belajar sesuai dengan keinginannya.
3.      Memfasilitasi pelajar dalam mengembangkan proses pembelajaran dengan cepat.
4.      Mengintegrasikan berbagai variabel pendekatan sesuai dengan desain teori.
Teori elaborasi mengajukan tujuh komponen strategi yang utama, yaitu :
Teori Elaborasi pengajaran dikemukakan Reigeluth dan Stein (1983) mengunakan tujuh komponen strategi, yaitu:
1.    Urutan Elaboratif
Urutan elaboratif didefenisikan sebagai suatu cara untuk menyederhanakan urutan yang kompleks diamana pelajaran yang pertama melambangkan ide-ide dan keterampilan yang mengikuti. Urutan elaboratif memiliki dua hal yang ada didalamnya yaitu : (1) Ide umum yang digambarkan tidak hanya meringkas ide yang ada. (2) Penggambaran (epitomize) dilakukan berdasarkan pada tipe materi tunggal.
Penggambaran menyajikan bagian kecil ide yang telah dipelajari dalam kelas, menyajikannya secara konkrit, penuh arti, pada tingkat aplikasi. Dengan memperhatikan tipe materi tunggal, proses epitomizing dilakukan dengan salah satu dari tiga tipe materi : konsep, prosedur, dan prinsip.
Konsep adalah sekumpulan objek, peristiwa, simbol yang mempunyai karakter pasti. Mengetahui konsep berarti dapat mengidentifikasi, mengenal, mengklasifikasikan, menggambarkan sesuatu. Prosedur adalah kumpulan tindakan yang berpengaruh pada sesuaatu yang dicapai. Prinsip adalah mengenal hubungan antara perubahan pada sesuatu dan perubahan pada yang lain. Hal ini juga dinamakan hipotesa, proposisi, aturan, hukum tergantung jumlah bukti kebenarannya. Dari tiga tipe materi ini dipilih yang paling penting untuk mencapai tujuan umum dalam kelas. Untuk selanjutnya rangkaian elaborasi mempunyai karakterisasi : konseptual organisasi, prosedur organisasi, teori organisasi. Esensi proses epitomizing memerlukan:
1)      Menyeleksi salah satu tipe materi sebagai materi organisasi ( konsep, prinsip, prosedur )
2)      Membuat daftar pada materi organisasi yang telah dipelajari dalam kelas.
3)      Menyeleksi beberapa materi organisasi yang lebih mendasar, sederhana, dan fundamental.
4)      Menyajikan ide pada tingkatan aplikasi
2.    Urutan Prasyarat Belajar
Prasyarat belajar didefenisikan sebagai struktur yang menunjukkan konsep-konsep yang harus dipelajari sebelum konsep lain dipelajari. Rangkaian prasyarat belajar berdasarkan pada struktur belajar, atau hirarki belajar. Struktur belajar adalah struktur yang menunjukkan fakta atau ide yang harus dipelajari sebelum mendapatkan ide yang baru. Hal itu menunjukkan adanya prasyarat pada suatu ide. Prasyarat belajar dapat dianggap sebagai komponen kritis pada suatu masalah/ide. Komponen kritis pada prinsip tersebut adalah : konsep dan perubahan hubungan .
a)         Komponen kritis pada konsep adalah :
1.      Mengenal atribut
2.      Hubungan diantaranya. 
b)        Komponen kritis pada prosedur adalah
1.      Langkah yang digunakan dalam deskripsi yang lebih detil pada tindakan
2.      Langkah yang digunakan dalam konsep yang berhubungan dengan tindakan
3.    Ringkasan / Rangkuman
Rangkuman merupakan tinjauan kembali terhadap materi yang telah dipelajari untuk mempertahankan retensi. Fungsi rangkuman untuk memberikan pernyataan singkat mengenai materi yang telah dipelajari dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep. Didalam pembelajaran sangat penting untuk meninjau secara sistimatik apa  yang telah dipelajari. Meringkas adalah komponen strategi yang memberikan:
1.    Pernyataan singkat pada tiap masalah/ide dan fakta yang telah dipelajari
2.    Contoh referensi untuk setiap masalah//ide
3.    Beberapa diagnose, tes praktek untuk diri sendiri untuk tiap masalah / ide
Ada dua  macam ringkasan dalam  teori  elaborasi  : 1) Ringkasan internal, yang  datang  pada setiap akhir  pelajaran dan ringkasan hanya dari ide dan fakta yang telah  dipelajari .2) ringkasan eksternal,  ringkasan  dari  semua  fakta dan ide yang telah dipelajari sepanjang dalam kumpulan materi pelajaran yang dipelajari siswa.
4.    Sintesa.
Sintesa adalah komponen teori elaborasi yang berfungsi menunjukkan kaitan-kaitan di antara konsep-konsep, kumpulan prosedur, atau kumpulan prinsip. Dalam pembelajaran sangat penting menggabungkan dan menghubungkan materi/ide yang yang telah dipelajari seperti :
a.    Memberikan macam-macam pengetahuan yang bernilai kepada pelajar .
b.    Memberikan   fasilitas   pengertian  yang   mendalam  pada  individu  melalui      perbandingan dan perbedaan.
c.    Menambah efek motivasi dan keberartian pada pengetahuan baru.
d.   Menambah ingatan dengan menambah kreasi yang berhubungan pengetahuan baru  dan  diantara  pengetahuan  baru  dengan  siswa  yang  relevan dengan pengetahuan sebelumnya.
5.    Analogi
Analogi  adalah  komponen  strategi  yang penting dalam pembelajaran karena ini akan membuat lebih mudah untuk mengerti masalah/ide baru dengan  menghubungkannya dengan masalah atau ide yang sudah dikenal. Analogi menggambarkan kesamaan antara beberapa masalah/ide baru dengan yang sudah  dikenal diluar materi yang diajarkan. Analogi menolong ketika ada masalah/ide yang  sukar untuk dimengerti, dengan menghubungkan materi yang sukar dan belum kita kenal ke pengetahuan yang sudah dikenal tetapi diluar materi yang diajarkan.
6.    Strategi kognitif
Pembelajaran akan lebih efektif untuk memperluas kebutuhan siswa yang sadar atau tidak sadar menggunakan strategi kognitif yang relevan, karena bagaimana proses pemberian input pada siswa merupakan rangkaian yang penting dalam proses belajar. Strategi kognitif kadang-kadang dinamakan kecakapan umum yang meliputi kecakapan belajar dan kecakapan berfikir yang dapat digunakan secara menyeluruh pada materi, seperti mengkreasikan mental image dan mengenal analogi. Strategi kognitif dapat dan harus diaktifkan selama pembelajaran. Strategi ini meliputi pembelajaran dengan menggunakan gambar, diagram, mnemonic, analogi, dan peralatan yang mendorong siswa untuk berinteraksi dengan materi tertentu.
7.    Kontrol Belajar.
Kontrol belajar mengacu pada kebebasan pebelajar dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap materi pembelajaran. Siswa diberi kebebasan dalam hal seleksi dan mengurutkan :
a. Materi yang telah dipelajari
b. Peringkat yang akan dipelajari
c. Komponen strategi pembelajaran yang diseleksi dan urutan yang digunakan
d. Strategi  kognitif  khusus  siswa  yang  mengerjakan  ketika berhubungan dengan    pembelajaran.
Semua strategi itu harus berlandaskan pada materi dalam bentuk konsep, prosedur, dan prinsip. Hal itu terkait erat dengan proses elaborasi yang berkelanjutan, melibatkan siswa dalam pengembangan ide atau keterampilan dalam aplikasi praktis. Strategi ini memungkinkan siswa untuk menambahkan sendiri ide dalam menguatkan pengetahuannya.
*      APLIKASI TEORI ELABORASI
Teori elaborasi merupakan perluasan dari karya Ausubel dan Bruner yang memberikan  hasil yang lebih stabil dalam pembentukan struktur kognitif, dan karenanya retensi dan transfer yang lebih baik, meningkatkan motivasi pelajar melalui penciptaan konteks belajar bermakna, dan penyediaan informasi tentang konten yang memungkinkan control pelajar. Teori elaborasi berlaku untuk desain pembelajaran untuk domain kognitif. Kerangka teoritisya telah diterapkan ke sejumlah pengaturan dalam pendidikan tinggi dan pelatihan. Teori belajar ini diterapkan dalam model pembelajaran elaborasi yang telah banyak digunakan dalam proses pembelajaran.




8.        ANALISIS TUGAS DARI GOPPER
a.      Jenis-Jenis Analisa Tugas
Analisis tugas adalah suatu proses mengkaji seorang manusia dalam melaksanakan tugas, apa saja peralatan yang mereka gunakan, dan hal-hal yang apa saja yang perlu mereka ketahui. Memeriksa tugas-tugas user untuk mengetahui dengan baik apa yang dibutuhkan user dari interface yang mereka rancang dan bagaimana mereka akan menggunakannya.
1)      Komponen : Aktivitas, Artifak dan Hubungan
2)      Fokus Analisis Tugas : Fokus pada lingkungan
3)      Input dan Output : Pengumpulan Data dan Reprentasi Data
4)      Dokumentasi
5)      Interview : Terstruktur, Tidak Terstruktur dan Semi Struktur
6)      Observasi : Merekam apa yang terjadi, Mencatat bagian-bagian yang di anggap penting
7)      Reprentasi Data : Daftar, Ringkasan dan Naratif
8)      Contoh Pengelompokkan Tugas : Fixed Sequence, Optinal Tasks, Waiting Events, Cycles, Time Sharing, Discreationary
b.      Teknik (pendekatan) untuk analisa tugas / Jenis-jenis
1)      Dekomposisi tugas, memilah tugas ke sub-tugas beserta urutan pelaksanaannya
2)      Teknik berbasis pengetahuan, melihat apa yang harus diketahui oleh user tentang objek dan aksi yang terlibat dalam tugas dan bagaimana pengetahuan itu diorganisasikan
3)      Analisa berbasis relasi-entitas, pendekatan berbasis objek, dimana penekanannya pada identifikasi aktor dan objek, relasi dan aksi yang dilakukan. Analisa tugas dikhususkan untuk mengenali kepentingan user. Beberapa aspek analisa tugas sangat mirip dengan model kognitif berorientasi-goal. Analisa tugas cenderung lebih melihat pada apa yang harus dilakukan oleh user sedangkan pada model kognitif lebih melihat pada proses kognitif internal seseorang dalam melakukan pekerjaannya (internal mental state), maka granularitasnya biasanya lebih kecil dibandingkan analisa tugas.
c.       Sumber & Penggunaan Informasi
Analisis tugas memungkinkan kita membuat suatu struktur data mengenai tugas, dan hasilnya akan baik jika didukung oleh sumber data yang baik pula. Proses analisis data tidak semata-mata mengumpulkan, menganalisis, mengorganisasikan data dan mempresentasikan hasil, namun kadangkala kita harus kembali melihat sumber data tersebut dengan pertanyaan dan padangan baru. Pada prakteknya, keterbatasan waktu dan biaya menyebabkan seorang analis berusaha mengumpulkan data yang relevan secepat dan seekonomis mungkin. Bahkan jika dimungkinkan, seorang analis harus dapat memaksimumkan penggunaan sumber informasi murah yang sudah ada sebelum melakukan pengumpulan data yang memakan biaya.
Berikut ini adalah beberapa sumber informasi yang dapat diper gunakan untuk membuat analisis tugas :
1.      Dokumentasi
Sumber data yang mudah didapat adalah dokumentasi yang telah ada di organisasi seperti buku manual, buku instruksi, materi training dan lain sebagainya. Dokumen-dokumen ini umumnya berfokus pada item tertentu dalam suatu peralatan atau software komputer. Dokumen manual peralatan tertentu misalnya, mungkin hanya memberikan informasi mengenai fungsi dari peralatan tersebut tidak bagaimana peralatan tersebut digunakan dalam pengerjaan suatu tugas. Selain itu juga mungkin terdapat dokumen peraturan perusahaan dan deskripsi tugas yang memberikan informasi mengenai tugas tertentu dalam konteks yang lebih luas. Namun perlu diperhatikan, dokumentasi jenis ini
hanya memberitahukan bagaimana seharusnya suatu pekerjaan dilakukan bukan bagaimana sebenarnya seseorang melakukan pekerjaan tersebut.
2.      Observasi
Observasi langsung baik secara formal maupun informal perlu dilakukan jika seorang analis ingin mengetahui kondisi dari pengerjaan tugas. Hasil observasi dan dokumentasi yang ada dapat digunakan untuk analisis sebelum memutuskan untuk melakukan pengumpulan data dengan tehnik lain yang memakan biaya. Observasi dapat dilakukan di lapangan atau dalam sebuah laboratorium. Jika observasi dilakukan di lapangan analis dapat mengetahui kondisi yang sebenarnya dari proses pengerjaan tugas. Sebaliknya, pada observasi yang dilakukan di labor atorium, analis dapat dapat lebih mengendalikan lingkungan dan umumnya tersedia fasilitas yang lebih baik. Observasi juga dapat dilakukan secara aktif dengan memberikan pertanyaan atau secara pasif dengan hanya memperhatikan obyek ketika sedang bekerja.
3.       Wawancara
Bertanya pada seorang yang ahli pada bidang tugas yang akan dianalisis seringnya merupakan cara langsung yang cepat untuk mendapatkan informasi mengenai suatu tugas. Ahli tersebut bisa saja si manager, supervisor, atau staf yang memang mengerjakan tugas tersebut. Wawancara kepada ahli sebaiknya dilakukan setelah observasi. Hasil observasi dapat direfleksikan dengan wawancara untuk mengetahui perilaku atau kondisi yang diinginkan dan tidak diinginkan.
4.      Analisis Awal
Setelah data diperoleh dari beberapa sumber seperti buku manual, observasi maupun wawancara, maka detail analisis dengan berbagai metode yang ada dapat mulai dilakukan. Untuk tahap awal, dapat dilakukan dengan mendaftar obyek dan aksi dasar. Cara mudah yang dapat ditempuh adalah dengan menelusuri dokumen-dokumen yang ada dan mencari kata benda yang akan menjadi obyek, serta kata kerja yang akan menjadi aksi.  Namun hal ini tidaklah selamanya cukup. Tidak mudah mengenali posisi obyek dan aksi tersebut dalam dokumen terutama untuk obyek atau aksi yang dijelaskan secara implisit.
5.      Pengurutan dan Klasifikasi
Ada beberapa tehnik untuk membuat klasifikasi dan pengurutan entri berdasarkan beberapa atribut. Beberapa analis melakukan pengurutan dan klasifikasi sendiri, namun ada juga yang dibantu oleh ahli berdasarkan bidang analisis.