BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Pada hakikatnya setiap manusia itu
mengalami pertumbuhan dan perkembangan selama hidupnya. Perkembangan manusia
mencakup banyak sekali aspek dalam kehidupan yang kita jalani. Semua manusia
pasti akan mengalami itu semua yaitu tumbuh dan berkembang. Tetapi tidak hanya
itu yang dialami manusia ada banyak sekali aspek-aspek yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan.
Disini,saya akan mencoba menulismateri tentang
pertumbuhan dan perkembangan tersebut sesuai dengan kompetensi yang di
ajarkan atau di bahas dalam mata kuliah perkembangan pserta didik.
Dalam makalah ini membahas tentang
perkembangan anak sekolah menengah. Dalam pertumbuhan manusia terjadi masa masa
perubahan yaitu dari masa usia anak sampai dewasa, begitu juga dalam pendidikan
terjadi fase-fase perubahan yaitu dari masa kanak-kanak ke masa sekolah dasar
lalu ke masa pertengahan. Di dalam makalah ini membahas tentang karakteristik
anak usia pertengahan. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Karateristik
perkembanan anak sekolah menengah
2. Perbedaan
individu dan kebutuhan anak menengah
C.
TUJUAN
1. Mengetahui
Karateristik perkembanan anak sekolah menengah
2. Mengetahui
Perbedaan antara individu dan kebutuhan anak menengah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KARATERISTIK
PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH MENENGAH
Masa remaja merupakan sebuah periode
dalam kehidupan manusia yang batasan usia maupun peranannya seringkali tidak
terlalu jelas. Masa remaja ini sering dianggap sebagai masa peralihan, dimana
saat-saat ketika anak tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi
dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa.
Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S, 2004) masa remaja juga dikenal dengan masa
strom and stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan
fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Pada masa ini remaja
mudah terpengaruh oleh lingkungan dan sebagai akibatnya akan muncul kekecewaan
dan penderitaan, meningkatnya konflik dan pertentangan, impian dan khayalan, pacaran
dan percintaan, keterasinagan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan
(Gunarsa, 1986).
Masa remaja merupakan masa untuk
mencari identitas/jati diri. Individu ingin mendapat pengakuan tentang apa yang
dapat ia hasilkan bagi orang lain. Apabila individu berhasil dalam masa ini
maka akan diperoleh suatu kondisi yang disebut identity reputation (memperoleh
identitas). Apabila mengalami kegagalan, akan mengalami Identity Diffusion
(kekaburan identitas). Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena
pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya.
Fase-fase masa remaja (pubertas)
menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian
12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun termasuk masa remaja
pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
Pertumbuhan dimaksudkan untuk
menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni.
Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya atau bertambah besarnya sel
(Edwina, 2004) Misalnya : bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan,
otot-otot tubuh bertambah pesat (kekar).
Perkembangan menunjukkan suatu
proses tertentu yaitu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang
kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit
banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada
perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A.,
1991).
Dalam makalah ini, kami hanya akan
membahas mengenai tumbuh dan kembang masa remaja khususnya anak usia Sekolah
Menengah Pertama (SMP) yaitu antara usia 12–15 tahun.
Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan
bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni. Perubahan ukuran
akibat bertambah banyaknya atau bertambah besarnya sel (Edwina, 2004) Misalnya
: bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, otot-otot tubuh
bertambah pesat (kekar).
Perkembangan menunjukkan suatu
proses tertentu yaitu proses yang menuju kedepan dan tidak dapat diulang
kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan yang sedikit
banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada
perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A.,
1991).
1.
Perkembangan
Fisik Atau Jasmani
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik
mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa
dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar
pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas
terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh
berkembang pesat.
Pada
usia 11-12 tahun tinggi bada anak laki-laki dan wanita tidak jauh berbeda, pada
usia 12-13 tahun pertambahan tinggi badab anak wanita lebih cepat dari pada
anak laki-laki tetapai pada usia 14-15 tahun anak laki-laki akan mengejarnya,
sehingga pada usia 18-19 tahun tinggi badan anak laki-laki jauh dari anak
wanita, lebih tinggi sekitar 7 sampai dengan 10 cm. rata-rata pertambahan
tinggi badan masih dapat diperkirakan, tetapi pertambahan berat lebih sulit
diperkirakan. Hal itu disebabkan oleh besarnya pengaruh faktor luar, seperti
kondisi soaial ekonomi, pengaruh komposisi dan gizi makanan. Perubahan yang
sangat cepat dalam tinggi ini, tidak berjalan sejajr dengan kekuatan dan
keterampilannya. Keduanya agak tertinggi dibandingkan dengan tinggi badan. Anak
yang pada usia SD jagoan dalam olah raga, pada usia SLTP mengalami sedikit
kemunduran karena belum ada penyesuaian dengan perumbahan-perubahan fisik yang
di alami, gerak-gerik merekapun Nampak kaku dan canggung.
2.
Perkembangn
Seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam
perkembangan seksual pada remaja. Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki
diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa
mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak
perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi
yang pertama.
Terdapat ciri lain pada anak
laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada lehernya menonjol buah jakun
yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar
kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar,
tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan,
diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam
tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya
tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan
rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh
dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa
pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun
perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang
sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan
untuk ber-reproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang
menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau
gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1)
Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak
perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan
progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing
Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH)
merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari
hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak
perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya
sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot,
dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk
fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa
mereka pada dunia remaja.
3.
Perkembangan
Emosi yang meluap-meluap
Emosi pada remaja masih labil,
karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol
emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali
tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada
remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi
remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang
realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa
memikirkan resiko yang akan terjadi.
4.
Perkembangan
Intelektual
Pada
masa SLTP mulai berkembang kemampuam berpikir abstrak, remaja mampu
membayangkan apa yang akan dialami bila terjadi suatu peristiwa, contohnya
kiamat, kebakaran dan sebagainya.
Perkembangan
kemampuan berpikir pada remaja di tandai denga tiga hal penting yaitu:
a)
Anak mulai mapu melihat
atau berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan
b)
Anak telah mampu
berpikir ilmiah dalam arti anak remaja telah mampu mengikuti langkah-langkah
berpikir ilmiah, dari mulai merumuskan masalah, membatasi masalah, mengumpulkan
dan mengelolah data sampai dengan menarik kesimpulan.
c)
Anak remaja telah mampu
memadukan ide-ide secara logis.
Cara berfikir
kausalitas: Hal ini menyangkut tentang hubungan
sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila
orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka
tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua
tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu,
kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka
akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak
bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya.
Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja,
akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam
pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode
terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir
sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak.
Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak
mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka
sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang
untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa
depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
5.
Perkembangan
Sosial
Remaja
awal telah mempunyai pemikiran-pemikiran logis, tetapi dalam pemikiran logis
ini mereka seringkali menghadapi kebingungan antara pemikiran orang lain.
Remaja sering berpenampilan atau berperilaku mengikuti bayangan atau sosok
gengnya. Mereka sering membuat trik-trik atau cara-cara untuk menunjukan
kehebatan kepopuleran atau kelebihan dirinya pada sesama remaja.
Ketrampilan sosial dan kemampuan
penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja.
Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia
pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial
akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai
ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri,
dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya
asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim
bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal,
tindakan kekerasan, dsb
Salah satu tugas perkembangan yang
harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan
remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat
menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial
tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain,
menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan
dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik,
bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan
sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja
tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak
mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari
ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya mengikuti
kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan
peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan
melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya
cenderung ke arah perilaku negatif.
Salah satu pola hubungan sosial
remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial
sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga tidak jarang orang tua
dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang
remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan
berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan
teman-teman.
Pola hubungan sosial remaja lain
adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah
pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan
menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang
tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang
daripada anak laki-laki.
6.
Perkembangan
Moral
Masa remaja adalah periode dimana
seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot
Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri
dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan
mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja
tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang
diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan
keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif
lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar
dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan
kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di
luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa
ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.
Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia
terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi
moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat
adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu
dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu
mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru.
Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan"
remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat.
Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang
mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan
mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur
bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu.
Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik
nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika
remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi
mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa
kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu
memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak
mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik
amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang
dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orang tua yang bijak akan memberikan
lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh
dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan
dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja
tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang
dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban
yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua.
Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam.
7.
Perkembangan
Kepribadian
Secara umum penampilan sering
diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya
tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya
(bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk
tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang
memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya
orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat
orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
8.
Perkembangan Pemikiran Politik
Perkembangan
pemikiran politik remaja hampir sama dengan perkembangan moral, karena
memang keduanya berkaitan erat. Remaja
telah mempunyai pemikiran-pemikiran politik yang lebih kompleks dari anak-anak
sekolah dasar. Mereka telah memikirkan ide-ide dan pandangan politik yang lebih
abstrak. Dan telah melihat banyak hubungan antar hal-hal tersebut. Mereka dapat
melihat pembentukan hukum dan peraturan-peraturan legal secara demokratis, dan
melihat hal-hal tersebut dapat di terapkan pada setiap orang di masyarakat, dan
bukan pada kelompok-kelompok khusus. Pemikiran politik ini jelas menggambarkan
unsur-unsur kemampuan berpikir formal operasional dari piaget dan pengembangan
lebih tinggi dari bentuk pemikiran moral kolberg. Remaja juga masih menunjukkan
adanya kesenjangan dan ketidakajegan dalam pemikiran politiknya. Pemikiran
politiknya tidak didasarkan atas prinsip’’seluruhnya atau tidak sama sekali’,
sebagai ciri kemampuan pemikiran moral tahap tinggi, tetapi lebih banyak
didasari oleh pengetahuan-pengethuan politik yang bersifat khusus. Meskipun
demikian pemikiran mereka sudah lebih abstrak dan kurang bersifat individual
dibandingkan dengan usia anak sekolah dasar.
9.
Perkembangan Agama Dan Keyakinan
Perkembangan
kemampuan berpikir remaja mempengaruhi perkembangan pemikiran dan keyakinan
tentang agama. Remaja yang mendapatkan pendidikan agama yang intensif, bukan
saja telah memiliki kebiasaan melaksanakan kegiatan peribadatan dan ritual
agama, tetapi juga telah mendapatkan atau menemukan kepercayaan-kepercayaan
khusus yang lebih mendalam yang membentuk keyakinannya dan menjadi pegangan
dalam merespons terhadap masalah-masalah dalam kehidupannya. Keyakinan yang
lebih luas dan mendalam ini, bukan hanya di yakini atas dasar pemikiran tetapi
juga atas keimana. Pada masa remaja awal, gambaran tuhan masih diwarnai oleh
gambaran tentang ciri-ciri manusia, tetapi pada masa remaja akhir gambaran ini
telah berubah kearah gambaran sifat-sifat tuhan yang sesungguhnya.
B.
PERBEDAAN
INDIVIDU DAN KEBUTUHAN ANAK SEKOLAH MENENGAH
Secara garis besar, perbedaan individu dikategorikan menjadi 2, yaitu
perbedaan secara fisik, dan psikis. Perbedaan secara psikis meliputi perbedaan
dalam tingkat intelektualitas, kepribadian, minat, sikap dan kebiasaan belajar.
Dalam pandangan yang lain, perbedaan individual siswa sekolah menengah
dibedakan berdasarkan perbedaan dalam kemampuan potensial dan kemampuan nyata.
Kemampuan nyata dapat disebut sebagai prestasi belajar.
Indikator perilaku intelegen menurut Witherington antara lain:
Istilah “kebutuhan”, “dorongan”,
atau “motif” pada kehidupan sehari-hari sering digunakan secara
bergantian. Namun demikian, secara konsep ada perbedaan di antaranya. Kebutuhan
lebih mengacu pada keadaan di mana seseorang terdorong melakukan sesuatu karena
adanya kekurangan pada jaringan-jaringan di dalam dirinya yang lebih bersifat
fisiologis. Sedangkan dorongan atau motif merupakan kebutuhan tingkat tinggi
yang bersifat psikologis.
Banyak ahli di bidangnya melakukan
penggolongan terhadap aspek-aspek kebutuhan, dan pada umumnya bisa dikatakan
sama intinya. Cole dan Bruce (1959) membagi kebutuhan menjadi 2 golongan yaitu
kebutuhan fisiologis dan psikologis. Sedangkan A. Maslow (1954) membagi
kebutuhan menjadi 7 tingkatan atau jenjang dari yang mendasar hingga kebutuhan
yang paling kompleks.
Dalam kaitannya dengan perbedaan
individu pada anak usia meneganah, digunakan penggolongan kebutuhan oleh
Lindgren (1980) berupa 4 tingkatan kebutuhan yaitu kebutuhan jasmaniah,
perhatian, dan kasih sayang, kebutuhan untuk memiliki dan aktualisasi diri.
Gage Dan Berlinier (1984:165) mempunyai pandangan tentang
Kepribadian sebagai berikut. Kepribadian adalah integrasi dari semua orang baik
yang bersifat kemampuan, motif serta temperamen, sikap, opinios, keyakinan,
respon emosional, gaya kognitif, karakter dan moral.
Menurut Murray, kebutuhan individu dibagi menjadi 2 kelompok besar,
yaitu viscerogenic dan psychogenic. Kemudian kebutuhan psychogenic dibagi lagi
menjadi 20 kebutuhan.
Kebutuhan yang cenderung dominan pada siswa sekolah menengah
berdasarkan 20 kebutuhan menurut konsep Murray, diantaranya adalah:
1.
Kebutuhan afiliasi
2.
Perlu untuk agresi
3.
Otonomi kebutuhan
4.
Conteraction
5.
Perlu untuk dominasi
6.
Pameran
7.
Seks.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Masa
remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia
maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Masa remaja ini sering
dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi
diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia
belum dapat dikatakan orang dewasa.
Fase-fase
masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12 – 21
tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun
termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.
Karakteristik
anak remaja bisa dilihat dalam beberapa aspek, yaitu dari Pertumbuhan fisik,
perkembangan seksual, cara berfikir kausalitas, emosi yang meluap-luap,
perkembangan sosial, perkembangan moral dan perkembangan kepribadian.
Remaja
diharapkan lebih mengerti dirinya sendiri dan dimengerti orang lain, sehingga
dapat menjalani persiapan masa dewasa dengan lancar. Dengan memanfaatkan semua
kesempatan yang tersedia, terbentuklah kepribadian yang terpadu untuk bisa
beradaptasi dengan lingkungan.
B.
SARAN
1. Seoga Makalah ini bermanfaat sekali
bagi kita semua
2.
Semoga makalah ini mudah untuk di pahami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar