Kamis, 20 Maret 2014

FILSAFAT PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Sebagaimana diketahui bahwa manusia  adalah sebagai kholifah allah di bumi, Sebagai kholifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang  untuk melaksanakannya, dengan demekian pendidikan merupakan urursan hidup dan kehidupan manusia dan merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri. Untuk mendidik dirinya sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya sendiri, apa hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya, apa tujuan hidup dan apa pula tujuan hidupnya.
Filsafat, sebagai daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami, mendalami, dan menyelami secara radikal dan integral serta sisitematis mengenal ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan  pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu, hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), dalam perjalanan hidupnya manusia di hadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa alamiyah yang ada di sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang mengesankan dan kemudian mendorong untuk melakukan perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan hidupnya
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saja. Semantara filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.

B.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah
1.    Bagai Manakah Pendidikan Dalam Analisis Filsafat?
2.    Apa yang dimaksud dengan pendekatan progresif?
3.    Apa yang dimaksud dengan pendekatan tradisional?
4.    Apa yang dimaksud dengan pendekatan sains, filosofi dan religi?
5.    Apa yang dimaksud dengan pendekatan sinopatik, normative dan kritis radikal?
6.    Bagai manakah hubungan anatara filsafat dan pendidikan?

C.       TUJUAN PENULISAN
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat pendidikan sebagai proses penilaian. Sedangkan tujun khusus dari penyusunan makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui pendidikan Dalam Analisis Filsafat
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan progresif
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan tradisional
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan sains, filosofi dan religi
5.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pendekatan sinopatik, normative dan kritis radikal?
6.      Untuk mengetahui bagai manakah hubungan anatara filsafat dan pendidikan?


BAB II
PEMBAHASAN


A.      Pendidikan Dalam Analisis Filsafat
Masalah pendidikan adalah merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan manusia, bahkan keduanya pada hakikatnya adalah proses yang satu.
Pengertian yang luas dari pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Lodge, yaitu bahwa: “life is education, and education is life”, akan berarti bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah proses pendidikan segala pengalaman sepanjang hidupnya merupakan dan memberikan pengaruh pendidikan baginya
Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidikan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula, yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhana yang menyangkut praktek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam, sehingga memerlukan bantuan ilmu-ilmu lain dalam memecahkannya. Bahkan pendidikan juga menghadapi persoalan-persoalan yang tidak mungkin terjawab dengan menggunakan analisa ilmiah semata-mata, tetapi memerlukan analisa dan pemikiran yang mendalam, yaitu analisa filsafat. Masalah kependidikan yang memerlukan analisa filsafat dalam memahami dan memecahkannya, antara lain:
1.      Masalah kependidikan pertama yang mendasar adalah tentang apakah hakikat pendidikan itu. Mengapa pendidikan itu harus ada pada manusia dan merupakan hakikat hidup manusia itu. Dan bagaimana hubungan antara pendidikan dengan hidup dan kehidupan manusia.
2.      Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu. Apakah pendidikan itu untuk individu, atau untuk kepentingan masayarakat. Apakah pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia ataukah untuk pembinaan masyarakat. Apakah pembinaan manusia itu semata-mata unuk dan demi kehidupan riel dan materil di dunia ini, ataukah untuk kehidupan kelak di akhirat yang kekal
Analisa filsafat menggunakan berbagai macam pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya. Diantaranya:
  1. Pendekatan Normatif, artinya nilai atau aturan dan ketentuan yang berlaku dan dijunjung tinggi dalam hidup dan kehidupan manusia.
1.    Pendekatan Analisa Konsep, artinya pengertian atau tangkapan seseorang terhadap sesuatu objek.

B.       Pendekatan Progresif
Pendekatan dalam disiplin ilmu yang disebut filsafat pendidikan akan lebih mudah di pahami arti pengertian bila diajukan pandangan Dewey tentang  pokok masalah, yaitu tentang permasalahan filsafat pendidikan yang berarti hubungan antara filsafat dan pendidikan. Dapat dilihat dari :
1.    Antara Teori dan Praktek
Pada dasarnya antara teori dan praktek adalah hubungan saling mengontrol, teori akan dikontrol oleh pelaksanaan praktek yang baik, dan sebaliknya praktek dikontrol oleh atau didasarkan pada landasan teoritis yang baik. Dewey berpendapat  bahwa teori harus merupakan hasil penggalian dalam kenyataan empiris  sosiologis yang berlaku saat itu.
2.    Pendekatan Problematis terhadap kenyataan Sosiologis
Seperti apa yang dipercontohkan pada saat ia merumuskan teori pendidikannnya, problema social yang dihadapi dengan cermat dan dengan tepat, merumuskannya kedalam filsafat pendidikannya.
Berdasar atas kesulitan-kesulitan dan problema yang dihadapi  masyarakatnya ia mencoba merumuskannya kedalam sebuah system pemikiran filosofis, yaitu filsafat pendidikan problematic atau experimentalisme, dalam bentuk pola mental intelektual dan sikap moral kesusilaan.
Sikap moral yang dianggapnya tepat untuk melestarikan kenyataan perubahan social yang cepat diatas adalah nilai sikap yang menghormati keragaman, pembaharuan, individualitas dan kebebasan inilah yang disebut dengan pendekatan problematis terhadap kenyataan social yang cepat berubah.
3.    Filsafat dan Teori Pendidikan
Sebagai pokok pikiran ketiga yang tersirat dalam catatan diatas adalah hubungan antara filsafat dengan teori pendidikan. Dan Dewey berkesimpunlan bahwa filsafat dirumuskan sebagai teori pendidikan yang bersifat umum dan konsepsional.
Pendekatan-pendekatan dalam teori pendidikan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:
a)    Pendidikan sebagai praktek.
Pendidikan sebagai praktek yaitu seperangkat kegiatan atau aktivitas yang  dapat diamati dan didasari dengan tujuan untuk membantu pihak lain ( Baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan prilaku.
b)   Pendidikan sebagai teori.
Pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis  yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan, dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa
Dasar-dasar pemikiran pendekatan progresif adalah sebagai berikut:
a.    Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat social humanisme ilmiah, yang skeptis terhadap kenyataan yang bersifat metafisis transendental.
b.    Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup yang esensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan berkembang.
c.    Bahwa truth is man-made, artinya kebenaran dan kebajikan itu adalah kreasi manusia, dengan sifatnya yang relatif temporer bahkan subyektif.
d.   Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup dan pendidikan relatif ditentukan oleh perkembangan tenaga pengembang sosial dan manusia, yang merupakan sumber perkembangan sosial masyarakat.
e.    Bahwa antara tujuan dan alat adalah bersifat kontinu, bahwa tujuan dapat menjadi alat untuk tujuan yang lebih lanjut sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat.

C.      Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan progresif secara sederhana dapat dijelaskan dengan bahwa pada pendekatan mengakui dan mementingkan dunia sana yang transcendental metafisis yang langgeng, yang menentukan tujuan hidup dan sekaligus tujuan pendidikan manusia, sehingga akan menjadi sumber-sumber dasar nilai dari pada filsafat pendidikannya. Sedang tenaga social hanya akan menyediakan saranan, alat dengan mana akan dicapai tujuan-tujuan diatas, dengan kata lain tenaga pengembangan social ini akan memberikan modal dalam penyusunan “Science of educational” yang diperlukan. Menurut pendekatan tradisional antara filsafat pendidikan dan science of education dibedakan secara tegas, yaitu filsafat metafisika dan tenaga social, sedang pada pendekatan progresif  keduanya bersumber pada kenyataan yang sama, dan satu-satunya, yaitu tenaga pengembang sosial masyarakat diatas.
Maka dari itu pendekatan progresif hanya berpijak pada teori etika social  dan metode penyesuaian masalah social, yaitu pola dasar sikap moral dan pola dasar sikap mental seperti diuraikan diatas, dan menentang segala hal yang berkaitan tentang kenyataan transcendental metafisis yang spiritual dan di dunia sana di masa mendatang. Sebaliknya pendekatan-pendekatan tradisional, seperti namanya, sangat taat pada sistematika filsafat tradisional, dimana dan  karena itu menempatkan filsafat sebagai dasar pendidikan dan pengajaran. Ini terbukti dengan penempatan filsafat metafisika, yang sangat ditentang oleh aliran pendekatan progresif, sebagai masalah pokok dalam filsafat pendidikan.
Bagi pendekatan ini, betapapun sulitnya masalah bidang metafisika ini, tetap harus ditempatkan sebagai pusat perhatian pertama dan utama dalam setiap pembahasan filsafat pendidikan. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa tidak dapat dipungkiri, bahwa masalah ini adalah masalah yang abstrak, dan universal sekali, sehingga sulit dipelajari dan dibuktikan kenyataannya, namun tidak berarti bahwa kenyataan yang metafisis itu tidak ada. Assumsi ini menurut para pengusaha ilmu filsafat pendidikan agar apabila kita tidak dapat menemukan segala hal yang bersifat metafisis, tidak berarti kenyataan itu tidak ada, tetapi kesalahan mungkin terletak pada cara-cara mencarinya atau mungkin keterbatasan kemampuan berfikir dan pikiran orang yang melakukannya. Atau mungkin orang tersebut, mendustai dirinya, sadar akan kenyataan tersebut tetapi tidak jujur terhadap kesadarannya sendiri.
Asas pertama tentang rasionalitas manusia, asas ilmu jiwa daya, asas pembentukan formal teoritis dan asa transfer hasil belajar maka menuntut jumlah dan jenis mata pelajaran yang diperlukan, dan tidak perlu adanya pertimbangan kesesuaian tidaknya dengan kenyataan kehidupan social anak, selama bahan atau bidang studi akan memberikan nilai disiplin mental atau formal yang tinggi. Nilai formal matematika adalah untuk melatih anak  berfikir secara logis rasional matematis, dan bukan dengan tujuan untuk memberikan kepada alat atau instrument dalam menyelesaikan problema hitung-menghitung dalam kehidupan sehari-hari.
Asas kedua adalah bahwa hakekat jiwa manusia adalah tersendiri atas daya-daya jiwa yang berbeda dan bekerja secara terpisah-pisah atau bersama-sama, yang menimbulkan gejala kesadaran atau tingkah laku. Setiap daya-daya jiwa seperti pengindraan, pengamatan,ingatan, tanggapan, pikiran, dan perasaan akan dapat berkembang dan atau dikembangkan sesuai dengan bahan-bahan pelajaran tertentu. Berdasar jalan pemikiran ini, maka dalam kepustakaan pendidikan dan psikologi pendidikan kita dikenalkan konsep istilah mata pelajaran ingatan, pikiran, hafalan, ekspressi dan mata pelajaran keterampilan.
Sebagai asas ketiga dan sesuai dengan asas kedua di atas, adalah bahwa nilai fungsional mata pelajaran adalah untuk pembentukan, atau disiplin mental (mental discipline) atau disiplin formal, yaitu nilai formal teoritis intelektual. Sehingga semakin sulit bahan pelajaran semakin tinggi nilai pembentukan mentalnya. Semakin keras ketat latihan-latihan semakin kuat dan besar nilai pembentukannya. Apakah bahan yang disajikan sesuai dengan kehidupan sosialnya, dan digunakan untuk mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, tidak menjadi masalah bagi aliran ini.
Oleh sebab itu, aliran tersebut diselesaikan dengan memperkenalkan konsep trnasfer of learning of training, artinya penggunaan  atau pemindahan hasil belajar atau latihan pada mata pelajaran atau bidang kehidupan, yang mungkin positif atau negatif merugikan. Transfer positif adalah apabila penggunaan bidang yang satu mempermudah, memperlancar penguasaan bidang atau mata pelajaran yang lain, dan sebaliknya transfer negatif adalah suatu peristiwa dimana penguasaan satu bidang tertentu mempersulit penguasaan bidang lain, seperti berenang dengan sepak bola. Soal-soal hitungan yang amat sulit tetapi yang tidak ada kaintannya dengan, atau tidak akan dijumpai dalam  kehidupan sehari-hari anak, yang mengarah ke pengembangan nilai materiil praktis, dijejal-jejalkan kepada anak dengan harapan akan mempermudah anak menyelesaikan problema-problema sosialnya.
Adapun asas-asas filsafat pendidikan dalam pendekatan tradisional secara rinci adalah sebagai berikut:
a)    Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat, sehingga untuk mempelajari filsafat pendidikan haruslah memiliki pengetahuan dasar tentang filsafat
b)   Bahwa kenyataan yang essensial baik dan benar adalah kenyataan yang tetap, kekal dan abadi.
c)    Bahwa nilai norma yang benar adalah nilai yang absolut, universal dan objektif.
d)   Bahwa tujuan yang baik dan benar menentukan alat dan saranan, artinya tujuan yang baik harus dicapai dengan alat sarana yang baik pula.
e)    Bahwa faktor pengembang sejarah atau sosial (science, technology, democracy dan industry) adalah sarana alat untuk  ” prosperity of life” dan bukannya untuk ”welfare of life” sebagai tujuan hidup dan pendidikan sebagaimana yang ditentukan oleh filsafat.

D.      Terkait Dengan Upaya Mempelajari Pendidikan Sebagai Teori Dapat Dilakukan Melalui Beberapa Pendekatan
1.      Pendekatan Sains
Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.
2.       Pendekatan Filosofi
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam  pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam  pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: model filsafat spekulatif, model filsafat preskriptif model filsafat analitik. Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir
3.      Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya.

E.       Pendekatan Filsafat Pendidikan Berdasarkan Kharakteristik Pemikiran Filsafat
a.    Pendekatan Sinoptik
Ilmu Pendidikan menganalisa persoalan-persoalan pendidikan dengan jalan menganalisis permasalahan sedetail mungkin sehingga menemukan unsur-unsurnya yang terkecil; setelah mengamati secara empirik karakteristik unsur-unsur itu, maka dicari kesimpulan yang berlaku umum, yaitu yang berlaku pada semua bagian (unsur) tersebut. Sejarah pendidikan sebagai ilmu pendidikan historis, meneliti obyeknya dan berusaha memberikan deskripsi peristiwa sejarah pendidikan secara individual. Di lain pihak filsafat mendekati masalah pendidikan secara sinoptik atau komprehensif. Sinoptik mempunyai pengertian memadukan pandangan, yaitu dari sin = bersama atau memadukan, dan optik = penglihatan, pandangan, dan thesa berarti pendirian. Jadi pengertian sinoptik adalah memadukan pandangan secara keseluruhan, sehingga membentuk suatu sistem pemikiran tertentu secara utuh. Proses berfikir filsafati juga bisa dengan model sinthetik, yaitu memadukan keseluruhan pendirian menjadi suatu sistem pemikiran yang utuh. Bila ilmu pendidikan menganalisa, maka filsafat mensintesa. Alat yang menyatukan dalam prosesberfikir sintetis itu ialah pendirian filsafi, yaitu apabila filsafat itu menjawab masalah-masalah filsafat seperti apakah manusia itu, apakah hidup itu, apakah materi itu, apakah sebenarnya kenyataan itu dan sebagainya.
b.   Pendekatan Normatif
Ilmu Pendidikan, mendekati situasi pendidikan itu dengan memotret gejala pen-  didikan itu sebagaimana dialami oleh para orang tua, guru, administrator pendidikan, pembimbing dan penyuluh, dan pendidik lainnya, serta anak, murid, siswa, mahasiswa, dan peserta kegiatan pendidikan lainnya. Ilmu Pendidikan berusaha menemukan hukum yang berlaku bagi sebagian besar situasi pendidikan itu, dan dengan hukum-hukum itu ilmu pendidikan berusaha meramalkan apa yang akan terjadi dalam bidang pendidikan. Pendekatan filsafi terhadap pendidikan tidak bersifat deskriptif seperti ilmu, melainkan bersifat normatif. Pendekatan normatif itu ialah mendekati masalah pendidikan dari sudut apa yang seharusnya terjadi. Dengan demikian, filsafat pendidikan menunjukkan jalan yang terbaik bagi pemecahan masalah pendidikan, karena filsafat pendidikan mempelajari apa yang seharusnya terjadi. Filsafat pendidikan memikirkan secara mendalam norma yang seharusnya dicapai oleh pendidikan, baik dalam arti pendidikan mikro maupun makro. Norma itu antara lain berupa tujuan pendidikan, atau falsafah pendidikan. Ilmu Pendidikan melakukan prediksi (ramalan) berdasarkan fakta pendidikan yang dikumpulkan dengan menggunakan metode penelitian historis-dokumenter, serta pengolahan data secara statistik.
c.    Pendekatan Kritis Radikal
Perbedaan pendekatan ilmiah dan filsafiah bukan hanya pada obyek kajiannya, tetapi  juga pada asumsi yang digunakan. Pendekatan ilmiah selalu didasarkan pada satu atau beberapa asumsi dasar (basic assumption), sedangkan filsafat mendekati masalahnya dengan jalan menguji asumsi dasarnya. Pengujian asumsi dasar inilah yang disebut kritis radikal. Baik ilmu maupun filsafat memikirkan persoalannya secara kritis, tyetapi hanya filsafat yang memikirkan persoalannya secara radikal. Sebagai ilustrasi dapat dideskripsikan sebagai berikut: Ilmu alam menemukan teori gravitasi. Teori ini mengatakan bahwa setiap benda yang dijatuhkan dari atas, akan jatuh ke bawah, karena ada gaya tarik bumi. Pemikiran filsafat, bukan menolak apa yang ditemukan oleh ilmu, sebab teori sesuai dengan hukum alam. Filsafat menerima temuan kebenaran pengetahuan ilmu, namun filsafat tidak berhenti sampai di situ. Ia mempertanyakan apa hakekat benda, apa hakekat bumi, dan apa hakekat gaya tarik bumi. Sebab, ternyata ada batas yang menjadi wilayah gaya tarik bumi. Pada jarak dan batas atmosfir tertentu, benda tidak bisa jatuh ke bumi. Namun temuan ini merupakan revolusi dalam bidang ilmu, sehingga banyak teori-teori fisika yang berkiblat pada teori ini. Pendekatan filsafi yang sifatnya kritis radikal sangat dibutuhkan oleh teori dan praktek pendidikan. Pendekatan ini penting karena sistem pendidikan yang kuat perlu diuji bukan hanya hukum-hukum atau teori-teori yang akan diterapkan dalam proses pendidikan itu, melainkan terutama asumsi dasar yang menjadi landasan dari hukum atau teori pendidikan itu. Jika hukum maupun asumsi dasar itu telah diuji secara teliti, maka dapat diharapkan kita telah mempunyai konsepsi pendidikan yang baik. Walaupun demikian, konsepsi pendidikan yang baik atau benar secara logika dan norma, belum tentu dapat menjamin terlaksananya praktek pendidikan yang baik pula. Konsepsi pendidikan yang baik dan benar menuntut para pelaksana pendidikan yang cakap, terampil, dan mempunyai sikap profesional menjadi guru/pendidik. Berdasarkan tiga pendekatan filsafat terhadap pendidikan, maka filsafat pendidikan memegang peranan penting baik untuk membina perkembangan ilmu pendidikan maupun untuk praktek pendidikan.

F.       Hubungan Filsafat Dengan Pendidikan
Filsafat dan pendidikan merupakan dua hal  yang  tak terpisahkan. Pendidikan merupakan aktivitas yang bersifat teleologis, yaitu aktivitas yang diarahkan pada  pencapaian tujuan. Tujuan pendidikan merupakan sesuatu yang ideal berkenaan dengan sosok manusia yang diharapkan. Filsafat membahas segala sesuatu termasuk fenomena  pendidikan. Cabang filsafat yang khusus membahas  fenomena pendidikan adalah  filsafat pendidikan



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari isi pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa Filsafat pendidikan sebagai filsafat terapan, yaitu studi tentang penerapan asas-asas pemikiran filsafat pada masalah-masalah pendidikan dan masalah filsafat pendidikan diperlukan pendekatan-pendekatan. Menurut jhon dewey pendekatan filsafat pendidikan terdiri dari pendekataan progresif dan pendekatan tradisional.
Selain itu terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya pendekatan sains, pendekatan filosofi dan pendekatan religi.
Adapun pendekatan filsafat dalam bidang pendidikan juga terdapat beberapa pendekatan diantaranya, pendekatan sinopatik, pendekatan normative dan pendekatan kritis radikal.
Filsafat dan pendidikan itu saling berhubungan karena filsafat  merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang pemikiran yang menggunakan akal sehat dengan  adanya kebenaran dalam memecahkan permasalahan atau kesulitan. Sedangkan pendidikan adalah salah satu dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai tujuan, seperti kematangan, integritas atau kesempurnaan pribadi  dan  terbentuknya kepribadian. Jadi filsafat dan pendidikan ini  saling berhubungan. Keduanya menjadi arah, dasar, dan pedomam suatu kehidupan.





B.       Saran
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai modal dalam mempelajafi filsafat. Jadikanlah filsafat sebagai penentuan terhadap penentuan hidup dan pegangan fundamental dalam memecahkan masalah politik, pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi dalam masyarakat yang setiap saat berubah dan berkembang dalam konteks akselerasi dan medernisasi.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar