BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasal 1 dalam
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
Nasional menyatakan bahwa: a) pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan datang; b) pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada
pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; c) sistem pendidikan Nasional adalah
satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang
berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan
nasional; d) jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai
dengan sifat dan kekhususan tujuannya; e) jenjang pendidikan adalah suatu tahap
dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan
para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran; f) peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu; g) tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan; h) tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang
bertugas membimbing, mengajar atau melatih peserta didik; i) Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar; j)
sumber daya pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan
yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana dan prasarana yang tersedia atau
diadakan dan didayagunakan oleh keluarga, masyarakat, peserta didik dan
Pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama; k) warga negara adalah
warga negara Republik Indonesia; l) menteri adalah Menteri yang bertanggung
jawab atas bidang pendidikan nasional
Salah satu permasalahan
pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan
pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Menyadari hal
tersebut, berbagai usaha telah dilakukan departemen pendidkan nasional
untuk memperbaiki mutu pendidikan
nasional, salah satunya adalah penyempurnaan kurikulum.
Pembelajaran Bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.
Disamping itu bahasa Indonesia juga termasuk mata pelajaran yang harus diajarkan
disemua jenjang pendidikan formal yang
sekarang dikenal dengan mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia diharapakan siswa mampu
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik dalam bahasa lisan
maupun tulisan. Dalam arti siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam
berkomunikasi dan mampu menulis kata-kata dan kalimat dengan tata cara yang
baik dan benar.
Pendekatan pembelajaran
dan sastra Indonesia
adalah pendekatan komunikatif. Dalam pembelajaran pendekatan komunikatif,
menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis
kepada pihak lain. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan
kegiatan yang kompleks karena penulisan dituntut untuk dapat menyusun dan
mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan
lainnya.
Keterampilan menulis
merupakan salah satu aspek kemampuan dalam berbahasa mengungkapkan ide, gagasan
(pendapat) siswa berupa tulisan. Menulis memerlukan keterampilan, maka diperlukan
latihan-latihan yang berkelajutan dan terus menerus terutama dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang mencakup aspek kemampuan yaitu: 1) keterampilan
menyimak; 2) keterampialn berbicara; 3) keterampilan membaca; 4) keterampilan
menulis.
Kemampuan guru
merupakan sarat utama keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) dikelas.
Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya tergantung
dari penguasan materi, akan tetapi didukung juga oleh penggunaan media ataupun
obyek-obyek lain dalam memilih media
pembelajaran yang sesuai dan mampu menggunakan media secara efektif dan
efisien.
Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode juga merupakan
peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat
bervariasi, pemilihannya disesuaikan tujuan pengajaran yang hendak dicapai.
Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila tidak
dapat menguasai satu atau beberapa metode mengajar. Olehnya guna pencapaian tujuan pengajaran, maka
pemilihan metode dalam mengajar harus tepat. Dengan demikian diharapkan
kegiatan pengajaran akan berlangsung secara berdaya guna dan bernilai guna.
Dalam
proses mengajar, seorang pendidik tidak harus terpaku dengan menggunakan satu
metode mengajar, akan tetapi harus menggunakan beberapa metode mengajar yang
digunakan secara bervariasi agar pengajaran tidak membosankan. Sebaliknya dapat
menarik perhatian siswa. Penggunaan metode bervariasi tidak akan menguntungkan
proses interaksi belajar mengajar bila penggunaan metode tidak tepat dengan
situasi pengajaran yang mendukungnya. Disinilah dituntut kompetensi guru dalam
pemilihan metode pengajaran yang tepat. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan
metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan, bila guru mengabaikan
faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya.
Penggunaan suatu metode dalam proses belajar mengajar, seorang guru
sebaiknya tetap memonitoring keadaan siswa selama penerapan metode itu
berlangsung. Apakah yang diberikan mendapat reaksi yang positif dari siswa atau
sebaliknya justru tidak mendapatkan reaksi. Bila hal tersebut terjadi maka guru
secepat mungkin mencari alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode
yang lain, yang sesuai dengan kondisi psikologi anak didik.
Semua guru
harus menyadari bahwa semua metode mengajar yang ada, saling menyempurnakan antara yang satu dengan yang lainnya. Karena tidak ada
satupun metode yang sempurna tetapi ada titik kelemahannya. Oleh karena itu
penggunaan metode yang bervariasi dalam kegiatan mengajar akan lebih baik dari
pada penggunaan satu metode mengajar. Namun penggunaan satu metode tidaklah
salah selama apa yang dilakukan itu untuk mencapai tujuan pengajaran
secara efektif dan efisien.
Penggunaan metode yang
tepat akan dapat meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran tersebut dan
siswa dengan mudah dapat memahami materi yang disampaikan.
Salah satu metode yang
digunakan seorang guru SD adalah metode pemberian tugas. Tugas yang diberikan
guru itu sering disebut pekarjaan rumah, akan tetapi ada perbedaan antara
pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan: Roestiyah dalam
bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan: “ Untuk pekerjaan rumah, guru
menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan
dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga juga menambah
tugas.
Perlu
dipahami bagi seorang guru bahwa waktu belajar siswa di sekolah sangat terbatas untuk menyajikan sejumlah materi pelajaran yang telah
ditetapkan dalam kurikulum. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut guru perlu
memberikan tugas-tugas kepada siswa diluar jam pelajaran, baik secara
perorangan maupun kelompok. Dalam hubungan ini, guru sangat diharapkan agar
setelah memberikan tugas kepada siswa supaya dicek atau diperiksa pada
pertemuan berikutnya apakah sudah dikerjakan oleh siswa atau tidak. Kesan model
pengajaran seperti ini memberikan manfaat yang banyak bagi siswa, terutama
dalam meningkatkan aktivitas dan motivasi belajarnya.
Teknik
pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa
memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
latihan-latihan selama mengerjakan tugas. Dari proses seperti itu, siswa dalam
mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi akibat pendalaman dan pengalaman
siswa yang berbeda-beda pada saat menghadapi masalah atau situasi yang baru.
Disamping itu, siswa juga dididik untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, aktivitas dan rasa tanggung jawab serta kemampuan siswa untuk
memanfaatkan waktu belajar secara efektif dengan mengisi kegiatan yang berguna
dan konstruktif.
Bagi
seorang guru dalam menerapkan metode pemberian tugas tersebut diharapkan
memperjelas sasaran atau tujuan yang ingin dicapai kepada siswa. Demikian
halnya dengan tugas sendiri, jangan sampai tidak dipahami dengan jelas oleh
siswa tentang tugas yang harus dikerjakan. guru hendaknya memahami bahwa suatu
tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu disesuaikan dengan
kondisi obyektif proses belajar mengajar yang dihadapi, sehingga tugas yang
diberikan itu betul-betul bermakna dan dapat menunjang efektifitas pengajaran.
Berbicara lebih jauh mengenai penerapan metode pemberian tugas,
seringkali diterjemahkan oleh sebahagian orang hanya terkait dengan pekerjaan
rumah yang diberikan kepada siswa.
Akan
tetapi sebenarnya metode ini harus dipahami lebih luas dari pekerjaan rumah
karena siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya tidak mutlak harus dilakukan
di rumah, melainkan dapat dilaksanakan di sekolah, di laboratorium atau di
tempat-tempat lainnya yang memungkinkan untuk menyelesaikan tugas. Penguasaan
itu tidak harus selalu didiktekan oleh guru melainkan dapat berasal dari
perencanaan kelompok, sehingga kelompok dapat membagi tugas kepada anggotanya
secara baik menurut minat dan kemampuannya. Jelasnya bahwa penguasaan yang
diberikan kepada siswa harus selalu dirumuskan dengan seksama agar tugas itu
tidak terlalu memberatkan siswa dan juga tidak membosankan. Ini tidak berarti
bahwa tugas itu tidak boleh sukar. Bahkan senantiasa diharapkan menciptakan
suatu kondisi yang memungkinkan pemberian tugas yang menantang buat siswa.
Dalam
penggunaan teknik pemberian tugas atau resitasi, siswa memiliki kesempatan yang
besar untuk membandingkan antara hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan
orang lain. Ia juga dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain.
Kesemuanya itu dapat memperluas cakrawala berfikir siswa, meningkatkan
pengetahuan dan menambah pengalaman berharga bagi siswa.
Dalam
makalah ini, penulis akan membahas salah satu metode mengajar yang sering
digunakan oleh guru dalam proses interaksi belajar mengajar, yaitu metode
pemberian tugas. Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan
memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan
di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru (Abdul Kadir Munsyi Dip.
Ad. Ed, tanpa tahun). Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa, guru
memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal ataupun karangan narasi yang
cukup banyak untuk dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh
guru.
1.2
Tujuan Penulisan
1. Untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh sebagai proses penilaian.
2. Menambah
wawasan pembaca khususnya penulis dalam memahami metode pemberian tugas untuk
diterapkan nantinya.
3. Agar dapat membandingkan kemampuan siswa SD nantinya
dalam menulis Narasi yang mengunakan metode pemberian tugas dengan metode
lainnya (nontugas).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Metode Pemberian Tugas
2.1.1
Pengertian metode
pemberian tugas
Metode
merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses
belajar mengajar dengan tujuan yang hendak
dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka
pembelajaran akan semakin baik. Metode berarti jalan atau cara yang harus
dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Ulih Bukit Karo-Karo, 1985: Metode
mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana, 1988: 76).
Tayar
Yusuf dan Syaiful Anwar mengemukakan pengertian metode pemberian tugas sebagai
berikut: Pemberian
tugas atau resitasi, berasal dari bahasa Inggris to cite yang artinya
mengutip (re=kembali), yaitu siswa mengutip atau mengambil sendiri
bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan
berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya. Metode ini populer dengan
bentuk PR. Sebetulnya bukan hanya itu/bukan hanya di rumah.
Menurut Zakiah Daradjat, metode
pemberian tugas atau penugasan atau resitasi, adalah cara dalam proses
pembelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya,
kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru.
Metode pemberian tugas tidak sebatas
pada pekerjaan rumah, tapi lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di
rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Metode pemberian
tugas merangsang peserta didik aktif belajar baik secara individual maupun
secara kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual dan
dapat pula secara kelompok.
Menurut,
Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, metode penyajian bahan dimana guru
memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas
yang diberikan siswa dapat dilakukan di kelas, di halaman sekolah, di
labolatorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa atau dimana saja asal
tugas itu dapat dikerjakan. (dalam,http://makalah-ibnu.
blokspot.com/2011/03/metode resitasi.html).
Metode pemberian tugas biasa disebut
dengan metode tugas. Metode
pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses
belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya
guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada
perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang
dikemukakan: Roestiyah dalam bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan: “
Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi
memberikan pertanyaan dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh
membaca. Juga juga menambah tugas (1),
cari
buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan orangnya”(roestiyah, 1996 : 75
). Dalam buku lainnya yang berjudul Startegi Belajar Mengajar hal.132,
Roestiyah mengatakan teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa
menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan
latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam
mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.
Dengan pengertian lain tugas ini jauh
lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari
guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa dapat
menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya dapat
menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok.
Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam
kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang
diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam
pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa,
dinilai, dan dibahas tentang hasilnya.
Dalam memberikan tugas kepada siswa, guru harus memperhatikan
hal-hal berikut ini:
a.
Memberikan penjelasan
mengenai:
1.
Tujuan penugasan
2.
Bentuk pelaksanaan
tugas
3.
Manfaat tugas
4.
Bentuk Pekerjaan
5.
Tempat dan waktu
penyelesaian tuga
6.
Memberikan bimbingan
dan dorongan
7.
Memberikan penilaian
b.
Adapun jenis-jenis
tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya
proses belajar mengajar:
1.
Tugas membuat rangkuman
atau membuat narasi
2.
Tugas membuat makalah
3.
Menyelesaikan soal
4.
Tugas mengadakan observasi
5.
Tugas mempraktekkan
sesuatu
6.
Tugas mendemonstrasikan
observasi
2.1.2 Kelebihan Dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
a)
kelebihan metode pemberian
tugas diantaranya adalah
1.
Baik sekali
untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
2.
Memupuk
rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak
harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
3.
Memberi
kebiasaan anak untuk belajar.
4.
Memberi
tugas anak yang bersifat praktis (H. Zuhairini, 1977).
5.
Metode ini juga merupakan
aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu
guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas
sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga:
1.
Dapat memupuk rasa
percaya diri sendiri
2.
Dapat membina kebiasaan
siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan mengkomunikasikan
sendiri.
3.
Dapat mendorong
belajar, sehingga tidak cepat bosan.
4.
Dapat membina tanggung
jawab dan disiplin siswa
5.
Dapat mengembangkan
kreativitas siswa.
6.
Dapat mengembangkan
pola berfikir dan ketrampilan anak.
b)
Kelemahan metode
pemberian tugas adalah:
1.
Seringkali
tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu
tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
2.
Sulit untuk
memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat
belajar.
3.
Seringkali
anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin pekerjaan
temannya.
4.
Apabila
tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan mental anak (H.
Zuhairini, 1977).
5.
Dapat menurunkan minat
belajar siswa kalau tugas terlalu sulit.
6.
Pemberian tugas yang monoton
dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
7.
Khusus tugas kelompok
juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.
2.1.3 Kegunaan metode
pemberian tugas
Menurut Sutomo (1993) bahwa
metode pemberian tugas dapat digunakan apabila :
1. Suatu pokok bahasan tertentu membutuhkan latihan atau pemecahan
yang lebih banyak di luar jam pelajaran yang melibatkan beberapa sumber
belajar.
2. Ruang lingkup bahan pengajaran terlalu luas, sedangkan waktunya
terbatas. Untuk itu guru perlu memberikan tugas.
3. Suatu pekerjaan yang menyita waktu banyak, sehingga tidak mungkin
dapat diselesaikan hanya melalui jam pelajaran di sekolah.
4. Apabila guru berhalangan untuk melaksanakan pengajaran, sedangkan
tugas yang harus disampaikan kepada murid sangat banyak. Untuk itu pemberian
tugas perlu diberikan melalui bimbingan guru lain yang menguasai bahan
pengajaran yang dipegang oleh guru yang berhalangan tadi.
2.2 Konsep tentang Menulis
2.2.1 Menulis
a. Pengertian menulis
Mnulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
merupakan suatu kegiatan yang prroduktif dan ekspresif dalam kegiatan menulis
ini, penulis haruslah trampil memanfaatkan grafologi, stuktur bahasa, dan kosa
kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi
harus melalui latihan dan praktek yang
banyak dan teratur Tarigan, (1994: 3-4).
b. Tujuan menulis
Tarigan,
(1994: 24-25) menyatakan, yang dimaksud dengan maksud atau tujuan
menulis (the writer’s intention) adalah “responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis
akan diperolehnya dari pembaca”.
Berdasarkan batasan ini,
dapat dikatakan bahwa:
1. tulisan yang bertujuan memberitahukan atau mengajar
disebut wacana informati (informative diskourse).
2. Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak
disebut wacana persuasif (persuasive diskourse).
3. Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyengkan
yang mengandung estetika disebut tulisan literer (wacana kesaatraan atau
literary diskourse).
4. Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang
kuatatau berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspressive diskourse).
c. Fungsi menulis
Menurut
Lado,(dalam Tarigan,1994: 22-23) menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami
bahasa dan gambar grafik itu. Selanjutnya D’Angelo menyatakan, pada prinsipnya
fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunitas yang tadak langsung.
Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para belajar berfikir,
juga dapat menolong kita berfikir secara kritis.
Karya tulis
adalah karya ilmiah yang dimaksudkan untuk memberkan laporan atas sesuatu kerja
ilmiah. Karya tulis yang disusun dapat berupa artikel, makalah, laporan
kegiatan, skripsi, tesis disertasi, dan lainnya. Jadi, sesuai dengan kegiatan
yang akan dilakukan maka laporan kegiatan dimaksud di sisni yaitu laporan
kegiatan ilmiah atau yang disebut makalah. Sebuah karya tulis yang dikatakan baik apabila, karya tulis dimaksud
memiliki ciri-ciri: (i) menarik, menarik yang dimaksud apabila masalah yang
dibahas menarik perhatian pembaca, (ii) objektif (sesuai dengan fakta yang
ada), (iii) sistematis (mudah dimengrti atau dipahami oleh pembaca), (iv) lugas
(bahasa yang digunakan efektif dan logis), lestaryati, (2011:210).
Salah satu
persyaratan agar menyentuh terhadap ciri-ciri di atas, maka penulis berupaya
memperhatikan tata tertib penempatan fonem, baik fonem fokal maupun fonem
konsonan, dalam tulisannya. Kaitan dengan hal di atas, maka penulis
berpedoman kepada salah satu pendapat yang menyatakan bahwa, pada umumnya fonem
fokal bahasa Indonesia,
mempunyai satu lawan dengan huruf yang
mewakilinya. Dengan demikian, fonem fokal /a/,/i/, dan /u/, misalnya,
dinyatakan dengan huruf a, i, dan u. hubungan antara fonem atau huruf tidak
selalu satu lawan satu. Fonem /a/ dengan alofon tunggalnya ditulis dengan huruf
a pada sehingga /a/ selalu ditulis dengan huruf itu. Selanjutnya, konsonan
dalam bahasa Indonesia.sesuai dengan artikulasinya, konsonan dalam bahasa
Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan tiga factor, (1) keadan pita suara,
(2) daerah artikulasi, dan (3) cara artikulasinya. Berdasarkan daerah
artikulasinya, konsonan dapat bersifat bilabial, labiodentals, alveolar,
palatal, velar, atau glota; dan berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dapat
berupa hambatan, frrikatif, nasal, gentar, atau lateral. Di samping itu, ada
lagi yang berwujud semivokal, moeliono dkk (2003: 64-65).
2.2.2 Menulis Narasi
Narasi
(berasal dari naration berarti bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang
berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk
perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Finoza, 2004:202). Narasi bertujuan
menyampaikan gagasan dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di depan
mata angan-angan pembaca serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian utama (Widyamartaya,1992:9-10).
Dalam
menulis Narasi, penulis dituntut mampu membedakan antara narasi dan deskripsi.
Narasi mempunyai kesamaan dengan deskripsi, yang membedakannya adalah narasi
mengandung imajinasi dan peristiwa atau pengalaman lebih ditekankan pada urutan
kronologis. Sedangkan deskripsi, unsur imajinasinya terbatas pada penekanan
organisasi penyampaian pada susunan ruang sebagai mana yang diamati, dirasakan,
dan didengar. Oleh karena itu, penulis perlu memperhatikan unsur latar, baik
unsur waktu maupun unsur tempat. Dengan kata lain, pengertian narasi itu
mencakup dua unsur, yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Setiap karangan
mempunyai ciri tertentu.
Narasi
bisa berisi fakta bisa pula berisi fiksi atau rekaan yang direka atau dikhayalkan
oleh pengarangnya. Narasi yang berisi fakta adalah biografi, otobiografi, kisah
sejati, dan lain-lain. Sedangakan narasi yang berisi fiksi seperti novel,
cerpen, dan cerita bergambar (Marahami, 2005:96). Selain dari itu, Semi
(2003:32) juga mengatakan bahwa narasi dibagi atas dua jenis, yaitu narasi
informatif yang sering disebut pula narasi ekspositoris, yang pada dasarnya
berkencenderungan sebagai bentuk ekposisi yang berkecenderungan memaparkan
informasi dengan bahasa yang lugas dan konfliknya tidak terlalu kelihatan dan kedua
narasi artistik, narasi ini umumnya berupa cerpen atau novel.
Menurut
Semi (2003:30), tulisan narasi biasanya mempuyai pola. Pola sederhana berupa
awal peristiwa, tengah peristiwa, dan akhir peristiwa. Awal narasi biasanya berisi
pengantar, yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat
menarik agar dapat mengikat pembaca. Dengan kata lain, bagian ini
mempunyai fungsi khusus untuk memancing pembaca dan mengiring pembaca pada
kondisi ingin tahu kejadian selanjutnya.
Bagian tengah merupakan bagian yang
menjelaskan secara panjang lebar tentang peristiwa. Di bagian ini, penulis
memunculkan suatu konflik. Kemudian, konflik tersebut diarahkan menuju klimaks
cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur
cerita akan mereda. Bagian terakhir ini konfliknya mulai menuju ke arah tertentu.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada bagian diceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada bagian diceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa pengembangan
tulisan dengan teknik narasi dilakukan dengan mengemukakan rangkaian peristiwa
yang terjadi secara kronologis. Dalam karangan ini, bagian-bagian karangan
disajikan sesuai dengan kejadian dalam waktu tertentu. Bagian pertama
menyajikan kejadian satu, kemudian disusul dengan kejadian kedua, menyajikan
bagian kedua dan seterusnya. Teknik
pengembangan narasi diidetikkan dengan penceritaan (storitelling), karena
teknik ini biasanya selalu digunakan untuk menyampaikan sesuatu cerita.
Karangan-karangan berbentuk cerita pada umumnya merupakan karangan fiksi.
Namun, teknik narasi ini tidak hanya digunakan untuk mengembangkan
tulisan-tulisan berupa fiksi saja. Teknik narasi ini dapat pula digunakan untuk
mengembangkan penulisan karangan nonfiksi (Syafie’ie, 1988:103). Seorang
siswa dapat menuliskan darmawisata, seorang wartawan menuliskan laporan
kunjungannya ke suatu negara, seorang arkheologi menuliskan jalannya panggalian
sejarah yang dilakukannya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa dengan penggunaan metode pemberian
tugas kiranya siswa dapat menyelesaikan
tugasnya secara maksimal. Dengan metode tersebut, besar kemungkinan bisa
membantu siswa di dalam kesulitan menyelesaikan tugas pada umumnya khususnya
tugas Menulis Narasi yang diberikan
oleh guru bersangkutan. Selain mengerjakan tugasnya melalui kemampuan yang ada
dalam diri pribadinya, metode ini pun dapat membuka jalan baru buat siswa untuk
melangkah jauh mencari referensi baru, juga pengetahuan baru di dalam referensi
yang baru ditemukan.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah yang saya buat ini semoga dapat
bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya khususnya buat saya sendiri. Saya
sadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran
tentunya sangat saya harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu yang telah
memberikan saya masukan, penjelasan dan pengarahan dalam menyelesaikan makalah
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar