Kamis, 20 Maret 2014

Metode Pemberian Tugas



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pasal 1 dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan Nasional menyatakan bahwa: a) pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang; b) pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; c) sistem pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional; d) jenis pendidikan adalah pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya; e) jenjang pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran; f) peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu; g) tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan; h) tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar atau melatih peserta didik; i) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar; j) sumber daya pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana dan prasarana yang tersedia atau diadakan dan didayagunakan oleh keluarga, masyarakat, peserta didik dan Pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersamasama; k) warga negara adalah warga negara Republik Indonesia; l) menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab atas bidang pendidikan nasional
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan  pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. Menyadari hal tersebut, berbagai usaha telah dilakukan departemen pendidkan nasional untuk  memperbaiki mutu pendidikan nasional, salah satunya adalah penyempurnaan kurikulum.
Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Disamping itu bahasa Indonesia juga termasuk mata pelajaran yang harus diajarkan disemua jenjang pendidikan  formal yang sekarang dikenal dengan mata pelajaran bahasa dan  sastra Indonesia diharapakan siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Dalam arti siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dan mampu menulis kata-kata dan kalimat dengan tata cara yang baik dan benar.
Pendekatan pembelajaran dan sastra Indonesia adalah pendekatan komunikatif. Dalam pembelajaran pendekatan komunikatif, menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulisan dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam formulasi  ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya.
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek kemampuan dalam berbahasa mengungkapkan ide, gagasan (pendapat) siswa berupa tulisan. Menulis memerlukan keterampilan, maka diperlukan latihan-latihan yang berkelajutan dan terus menerus terutama dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mencakup aspek kemampuan yaitu: 1) keterampilan menyimak; 2) keterampialn berbicara; 3) keterampilan membaca; 4) keterampilan menulis.
Kemampuan guru merupakan sarat utama keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) dikelas. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya tergantung dari penguasan materi, akan tetapi didukung juga oleh penggunaan media ataupun obyek-obyek lain dalam  memilih media pembelajaran yang sesuai dan mampu menggunakan media secara efektif dan efisien.
Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode juga merupakan peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya disesuaikan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila tidak dapat menguasai satu atau beberapa metode mengajar. Olehnya  guna pencapaian tujuan pengajaran, maka pemilihan metode dalam mengajar harus tepat. Dengan demikian diharapkan kegiatan pengajaran akan berlangsung secara berdaya guna dan bernilai guna.
Dalam proses mengajar, seorang pendidik tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode mengajar, akan tetapi harus menggunakan beberapa metode mengajar yang digunakan secara bervariasi agar pengajaran tidak membosankan. Sebaliknya dapat menarik perhatian siswa. Penggunaan metode bervariasi tidak akan menguntungkan proses interaksi belajar mengajar bila penggunaan metode tidak tepat dengan situasi pengajaran yang mendukungnya. Disinilah dituntut kompetensi guru dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan, bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya.
Penggunaan suatu metode dalam proses belajar mengajar, seorang guru sebaiknya tetap memonitoring keadaan siswa selama penerapan metode itu berlangsung. Apakah yang diberikan mendapat reaksi yang positif dari siswa atau sebaliknya justru tidak mendapatkan reaksi. Bila hal tersebut terjadi maka guru secepat mungkin mencari alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang lain, yang sesuai dengan kondisi psikologi anak didik.
Semua guru harus menyadari bahwa semua metode mengajar yang ada, saling menyempurnakan antara yang satu dengan yang lainnya. Karena tidak ada satupun metode yang sempurna tetapi ada titik kelemahannya. Oleh karena itu penggunaan metode yang bervariasi dalam kegiatan mengajar akan lebih baik dari pada penggunaan satu metode mengajar. Namun penggunaan satu metode tidaklah salah selama  apa yang dilakukan itu untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Penggunaan metode yang tepat akan dapat meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran tersebut dan siswa dengan mudah dapat memahami materi yang disampaikan.
Salah satu metode yang digunakan seorang guru SD adalah metode pemberian tugas. Tugas yang diberikan guru itu sering disebut pekarjaan rumah, akan tetapi ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan: Roestiyah dalam bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan: “ Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga juga menambah tugas.
Perlu dipahami bagi seorang guru bahwa waktu belajar siswa di sekolah sangat terbatas untuk menyajikan sejumlah materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas kepada siswa diluar jam pelajaran, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam hubungan ini, guru sangat diharapkan agar setelah memberikan tugas kepada siswa supaya dicek atau diperiksa pada pertemuan berikutnya apakah sudah dikerjakan oleh siswa atau tidak. Kesan model pengajaran seperti ini memberikan manfaat yang banyak bagi siswa, terutama dalam meningkatkan aktivitas dan motivasi belajarnya.
Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama mengerjakan tugas. Dari proses seperti itu, siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi akibat pendalaman dan pengalaman siswa yang berbeda-beda pada saat menghadapi masalah atau situasi yang baru. Disamping itu, siswa juga dididik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, aktivitas dan rasa tanggung jawab serta kemampuan siswa untuk memanfaatkan waktu belajar secara efektif dengan mengisi kegiatan yang berguna dan konstruktif.
Bagi seorang guru dalam menerapkan metode pemberian tugas tersebut diharapkan memperjelas sasaran atau tujuan yang ingin dicapai kepada siswa. Demikian halnya dengan tugas sendiri, jangan sampai tidak dipahami dengan jelas oleh siswa tentang tugas yang harus dikerjakan. guru hendaknya memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu disesuaikan dengan kondisi obyektif proses belajar mengajar yang dihadapi, sehingga tugas yang diberikan itu betul-betul bermakna dan dapat menunjang efektifitas pengajaran. Berbicara lebih jauh mengenai penerapan metode pemberian tugas, seringkali diterjemahkan oleh sebahagian orang hanya terkait dengan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa. 
 Akan tetapi sebenarnya metode ini harus dipahami lebih luas dari pekerjaan rumah karena siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya tidak mutlak harus dilakukan di rumah, melainkan dapat dilaksanakan di sekolah, di laboratorium atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan untuk menyelesaikan tugas. Penguasaan itu tidak harus selalu didiktekan oleh guru melainkan dapat berasal dari perencanaan kelompok, sehingga kelompok dapat membagi tugas kepada anggotanya secara baik menurut minat dan kemampuannya. Jelasnya bahwa penguasaan yang diberikan kepada siswa harus selalu dirumuskan dengan seksama agar tugas itu tidak terlalu memberatkan siswa dan juga tidak membosankan. Ini tidak berarti bahwa tugas itu tidak boleh sukar. Bahkan senantiasa diharapkan menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan pemberian tugas yang menantang buat siswa.
Dalam penggunaan teknik pemberian tugas atau resitasi, siswa memiliki kesempatan yang besar untuk membandingkan antara hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan orang lain. Ia juga dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Kesemuanya itu dapat memperluas cakrawala berfikir siswa, meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman berharga bagi siswa.
 Dalam makalah ini, penulis akan membahas salah satu metode mengajar yang sering digunakan oleh guru dalam proses interaksi belajar mengajar, yaitu metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru (Abdul Kadir Munsyi Dip. Ad. Ed, tanpa tahun). Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa, guru memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal ataupun karangan narasi yang cukup banyak untuk dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru.




1.2    Tujuan Penulisan
1.    Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampuh sebagai proses penilaian.
2.    Menambah wawasan pembaca khususnya penulis dalam memahami metode pemberian tugas untuk diterapkan nantinya.
3.    Agar dapat  membandingkan kemampuan siswa SD nantinya dalam menulis Narasi yang mengunakan metode pemberian tugas dengan metode lainnya (nontugas).




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Metode Pemberian Tugas
2.1.1   Pengertian metode pemberian tugas
Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar dengan tujuan yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Ulih Bukit Karo-Karo, 1985: Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran (Nana Sudjana, 1988: 76).
Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar mengemukakan pengertian metode pemberian tugas sebagai berikut: Pemberian tugas atau resitasi, berasal dari bahasa Inggris to cite yang artinya mengutip (re=kembali), yaitu siswa mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya. Metode ini populer dengan bentuk PR. Sebetulnya bukan hanya itu/bukan hanya di rumah.
Menurut Zakiah Daradjat, metode pemberian tugas atau penugasan atau resitasi, adalah cara dalam proses pembelajaran bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru.
Metode pemberian tugas tidak sebatas pada pekerjaan rumah, tapi lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya. Metode pemberian tugas merangsang peserta didik aktif belajar baik secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu, tugas dapat diberikan secara individual dan dapat pula secara kelompok.
Menurut, Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain, metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Masalah tugas yang diberikan siswa dapat dilakukan di kelas, di halaman sekolah, di labolatorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah siswa atau dimana saja asal tugas itu dapat dikerjakan. (dalam,http://makalah-ibnu. blokspot.com/2011/03/metode resitasi.html).
Metode pemberian tugas biasa disebut dengan metode tugas. Metode pemberian tugas merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan: Roestiyah dalam bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan: “ Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga juga menambah tugas (1), cari buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan orangnya”(roestiyah, 1996 : 75 ). Dalam buku lainnya yang berjudul Startegi Belajar Mengajar  hal.132, Roestiyah mengatakan teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.
Dengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya.
Dalam memberikan tugas kepada  siswa, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a.    Memberikan penjelasan mengenai:
1.    Tujuan penugasan
2.    Bentuk pelaksanaan tugas
3.    Manfaat tugas
4.    Bentuk Pekerjaan
5.    Tempat dan waktu penyelesaian tuga
6.    Memberikan bimbingan dan dorongan
7.    Memberikan penilaian
b.    Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar:
1.    Tugas membuat rangkuman atau membuat narasi
2.    Tugas membuat makalah
3.    Menyelesaikan soal
4.    Tugas mengadakan observasi
5.    Tugas mempraktekkan sesuatu
6.    Tugas mendemonstrasikan observasi
2.1.2   Kelebihan Dan  Kelemahan Metode Pemberian Tugas
a)         kelebihan metode pemberian tugas  diantaranya adalah
1.   Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif.
2.   Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
3.   Memberi kebiasaan anak untuk belajar.
4.   Memberi tugas anak yang bersifat praktis (H. Zuhairini, 1977).
5.   Metode ini juga merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga:
1.    Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
2.    Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan   mengkomunikasikan sendiri.
3.    Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan.
4.    Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
5.    Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
6.    Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.

b)         Kelemahan metode pemberian tugas adalah:
1.   Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
2.   Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat belajar.
3.   Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya.
4.   Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan mental anak (H. Zuhairini, 1977).
5.   Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit.
6.   Pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
7.   Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.
2.1.3   Kegunaan metode pemberian tugas
Menurut Sutomo (1993) bahwa metode pemberian tugas dapat digunakan apabila :
1.    Suatu pokok bahasan tertentu membutuhkan latihan atau pemecahan yang lebih banyak di luar jam pelajaran yang melibatkan beberapa sumber belajar.
2.    Ruang lingkup bahan pengajaran terlalu luas, sedangkan waktunya terbatas. Untuk itu guru perlu memberikan tugas.
3.    Suatu pekerjaan yang menyita waktu banyak, sehingga tidak mungkin dapat diselesaikan hanya melalui jam pelajaran di sekolah.
4.    Apabila guru berhalangan untuk melaksanakan pengajaran, sedangkan tugas yang harus disampaikan kepada murid sangat banyak. Untuk itu pemberian tugas perlu diberikan melalui bimbingan guru lain yang menguasai bahan pengajaran yang dipegang oleh guru yang berhalangan tadi.
2.2    Konsep tentang Menulis
2.2.1   Menulis
a.    Pengertian menulis
Mnulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang prroduktif dan ekspresif dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah trampil memanfaatkan grafologi, stuktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus  melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur Tarigan, (1994: 3-4).
b.    Tujuan menulis
Tarigan, (1994: 24-25) menyatakan, yang dimaksud dengan maksud atau tujuan menulis (the writer’s intention) adalah responsi atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperolehnya dari pembaca”.
Berdasarkan batasan ini, dapat dikatakan bahwa:
1.    tulisan yang bertujuan memberitahukan atau mengajar disebut wacana informati (informative diskourse).
2.    Tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif (persuasive diskourse).
3.    Tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyengkan yang mengandung estetika disebut tulisan literer (wacana kesaatraan atau literary diskourse).
4.    Tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuatatau berapi-api disebut wacana ekspresif (ekspressive diskourse).
c.    Fungsi menulis
Menurut Lado,(dalam Tarigan,1994: 22-23) menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu. Selanjutnya D’Angelo menyatakan, pada prinsipnya fungsi utama dari menulis adalah sebagai alat komunitas yang tadak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para belajar berfikir, juga dapat menolong kita berfikir secara kritis.
Karya tulis adalah karya ilmiah yang dimaksudkan untuk memberkan laporan atas sesuatu kerja ilmiah. Karya tulis yang disusun dapat berupa artikel, makalah, laporan kegiatan, skripsi, tesis disertasi, dan lainnya. Jadi, sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan maka laporan kegiatan dimaksud di sisni yaitu laporan kegiatan ilmiah atau yang disebut makalah. Sebuah karya tulis yang  dikatakan baik apabila, karya tulis dimaksud memiliki ciri-ciri: (i) menarik, menarik yang dimaksud apabila masalah yang dibahas menarik perhatian pembaca, (ii) objektif (sesuai dengan fakta yang ada), (iii) sistematis (mudah dimengrti atau dipahami oleh pembaca), (iv) lugas (bahasa yang digunakan efektif dan logis), lestaryati, (2011:210).
Salah satu persyaratan agar menyentuh terhadap ciri-ciri di atas, maka penulis berupaya memperhatikan tata tertib penempatan fonem, baik fonem fokal maupun fonem konsonan, dalam tulisannya. Kaitan dengan hal di atas, maka penulis berpedoman kepada salah satu pendapat yang menyatakan bahwa, pada umumnya fonem fokal bahasa Indonesia, mempunyai  satu lawan dengan huruf yang mewakilinya. Dengan demikian, fonem fokal /a/,/i/, dan /u/, misalnya, dinyatakan dengan huruf a, i, dan u. hubungan antara fonem atau huruf tidak selalu satu lawan satu. Fonem /a/ dengan alofon tunggalnya ditulis dengan huruf a pada sehingga /a/ selalu ditulis dengan huruf itu. Selanjutnya, konsonan dalam bahasa Indonesia.sesuai dengan artikulasinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan tiga factor, (1) keadan pita suara, (2) daerah artikulasi, dan (3) cara artikulasinya. Berdasarkan daerah artikulasinya, konsonan dapat bersifat bilabial, labiodentals, alveolar, palatal, velar, atau glota; dan berdasarkan cara artikulasinya, konsonan dapat berupa hambatan, frrikatif, nasal, gentar, atau lateral. Di samping itu, ada lagi yang berwujud semivokal, moeliono dkk (2003: 64-65).

2.2.2   Menulis Narasi
Narasi (berasal dari naration berarti bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak tanduk perbuatan  manusia  dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Finoza, 2004:202). Narasi bertujuan menyampaikan gagasan dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian utama (Widyamartaya,1992:9-10).
Dalam menulis Narasi, penulis dituntut mampu membedakan antara narasi dan deskripsi. Narasi mempunyai kesamaan dengan deskripsi, yang membedakannya adalah narasi mengandung imajinasi dan peristiwa atau pengalaman lebih ditekankan pada urutan kronologis. Sedangkan deskripsi, unsur imajinasinya terbatas pada penekanan organisasi penyampaian pada susunan ruang sebagai mana yang diamati, dirasakan, dan didengar. Oleh karena itu, penulis perlu memperhatikan unsur latar, baik unsur waktu maupun unsur tempat.  Dengan kata lain, pengertian narasi itu mencakup dua unsur, yaitu perbuatan dan tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Setiap karangan mempunyai ciri tertentu.
Narasi bisa berisi fakta bisa pula berisi fiksi atau rekaan yang direka atau dikhayalkan oleh pengarangnya. Narasi yang berisi fakta adalah biografi, otobiografi, kisah sejati, dan lain-lain. Sedangakan narasi yang berisi fiksi seperti novel, cerpen, dan cerita bergambar (Marahami, 2005:96). Selain dari itu, Semi (2003:32) juga mengatakan bahwa narasi dibagi atas dua jenis, yaitu narasi informatif yang sering disebut pula narasi ekspositoris, yang pada dasarnya berkencenderungan sebagai bentuk ekposisi yang berkecenderungan memaparkan informasi dengan bahasa yang lugas dan konfliknya tidak terlalu kelihatan dan kedua narasi artistik,  narasi ini  umumnya berupa cerpen atau novel.
Menurut Semi (2003:30), tulisan narasi biasanya mempuyai pola. Pola sederhana berupa awal peristiwa, tengah peristiwa, dan akhir peristiwa. Awal narasi biasanya berisi pengantar, yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca. Dengan kata lain, bagian ini  mempunyai fungsi khusus untuk memancing pembaca dan mengiring pembaca pada kondisi ingin tahu kejadian selanjutnya.
Bagian tengah merupakan bagian yang menjelaskan secara panjang lebar tentang peristiwa. Di bagian ini, penulis memunculkan suatu konflik. Kemudian, konflik tersebut diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda. Bagian terakhir ini konfliknya mulai menuju ke arah tertentu.
Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada bagian diceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Berdasarkan  uraian di atas, dapat  disimpulkan bahwa pengembangan tulisan dengan teknik narasi dilakukan dengan mengemukakan rangkaian peristiwa yang terjadi secara kronologis. Dalam karangan ini, bagian-bagian karangan disajikan sesuai dengan kejadian dalam waktu tertentu. Bagian pertama menyajikan kejadian satu, kemudian disusul dengan kejadian kedua, menyajikan bagian kedua dan seterusnya. Teknik pengembangan narasi diidetikkan dengan penceritaan (storitelling), karena teknik ini biasanya selalu digunakan untuk menyampaikan sesuatu cerita.  Karangan-karangan berbentuk cerita pada umumnya merupakan karangan fiksi. Namun, teknik narasi ini tidak hanya digunakan  untuk mengembangkan tulisan-tulisan berupa fiksi saja. Teknik narasi ini dapat pula digunakan untuk mengembangkan penulisan karangan nonfiksi  (Syafie’ie, 1988:103). Seorang siswa dapat menuliskan darmawisata, seorang wartawan menuliskan laporan kunjungannya ke suatu negara, seorang arkheologi menuliskan jalannya panggalian sejarah yang dilakukannya.





BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan metode pemberian tugas kiranya siswa dapat menyelesaikan  tugasnya secara maksimal. Dengan metode tersebut, besar kemungkinan bisa membantu siswa di dalam kesulitan menyelesaikan tugas pada umumnya khususnya tugas Menulis Narasi yang diberikan oleh guru bersangkutan. Selain mengerjakan tugasnya melalui kemampuan yang ada dalam diri pribadinya, metode ini pun dapat membuka jalan baru buat siswa untuk melangkah jauh mencari referensi baru, juga pengetahuan baru di dalam referensi yang baru ditemukan.    

3.2    Saran
Dengan adanya makalah yang saya buat ini semoga dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya khususnya buat saya sendiri. Saya sadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran tentunya sangat saya harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan saya masukan, penjelasan dan pengarahan dalam menyelesaikan makalah ini.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar