A.
Pengertian Simulasi social
Simulasi artinya berpura-pura atau berbuat seolah-olah,
atau perbuatan yang berpura-pura (Abimanyu, 1990:78). Simulasi dapat digunakan untuk melakukan
proses tingkah laku secara imitasi. Metode ini dirancang untuk membantu siswa mengalami
bermacam-macam proses dan fenomena sosial untuk menguji reaksi mereka.
Pembelajaran simulasi cenderung objeknya bukan benda atau kegiatan sebenarnya,
melainkan kegiatan bersifat pura-pura. Dalam pembelajaran, siswa dibina
kemampuannya berkaitan dengan keterampilan berinteraksi dan berkomunikasi dalam
kelompok. Selain itu, dalam simulasi siswa diajak bermain peran beberapa perilaku
yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam simulasi siswa dapat :
a)
Mencoba menempatkan diri
atau berperan sebagai tokoh atau pribadi tertentu, misalnya sebagai
pahlawan, petani, dokter atau guru, serta siswa di latih menghargai jasa dan
peranannya.
b)
Berperan sebagai bennda-benda misalnya berpura-pura
sebagai gunung, pohon, angin atau awan.
Selain itu, (Mujiono dan Dimyati 2002:80) mengemukakan bahwa “ Metode simulasi
adalah sebagai metode mengajar format ini terajadi saat belajar mengajar yang didalamnya menampakan adanya perilaku pura-pura dari orang yang terlibat dan atau peniruan situasi
(berupa proses atau peralatan) sedemikian rupa sehingga orang terlibat pada
memahamai konsep, prinsip, keterampilan tertentu atau sikap dan nilai di dalamnya. Pelaksanaan simulasi haruslah
terjadi proses-proses kegiatan yang menimbulkan (menghasilkan) domain efektif,
misalnya menyenangkan, mengairahkan, suka, sedih, terharu, simpati,
solidaritas, gotong royong dan sebagaianya.
Beberapa peran guru yang harus dilakukan dalam
melaksanakan simulasi adalah sebagai berikut:
1.
Menjelaskan, guru dapat menjelaskan sekedarnya kepada
siswa dan siswa harus memahami aturan antara kegiatan simulasi
2.
Pengawas, guru membentuk kelompok-kelompok dan membagi
siswa kedalam kelompok atau peran sesuai dengan kemampuan dan keinginan siswa.
Guru harus mengawasi partisipasi siswa dalam permainan simulasi, disini guru
bertindak sebagai pengawas/wasit yang menyelenggarakan aturan-aturan permainan
agar ditaati oleh siswa.
3.
Melatih, dimana guru bertindak sebagai pelatih yang
memberikan petunjuk-petunjuk kepada siswa agar mereka dapat bermian dengan
baik.
4.
Memimpin diskusi, selama permainan berlangsung guru akan
memimpin kelas dalam suasana diskusi.
Misalnya membicarakan tanggapan siswa dan kesukaran yang dijumpai (Abu Ahmadi,
1990:85)
Model simulasi mempunyai beberapa hal yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses
belajar mengajar antara lain:
1.
Simulasi adalah bentuk teknik mengajar yang berorientasi
pada keaktifan siswa dalam pengajaran di kelas, baik guru atau siswa mengambil
bagian di dalamnya
- Simulasi pada umumnya bersifat pemecahan masalah yang sangat berguna untuk melatih siswa melakukan pendekatan antar disipilin ilmu di dalam belajar, selain itu dapat mempraktekan keterampilan yang relevan dengan kehidupan masyarakat.
- Simulasi adalah model mengajar yang dinamis dalam arti sangat sesuai untuk menghadapi situasi-situasi yang berubah serta membutuhkan keluwesan dalam berfikir dan memberikan jawaban terhadap keadaan yang cepat berubah (Abu Ahmadi, 1990:34)
B.
Jenis-jenis simulasi social
a)
Bermain peran (role playing)
Dalam
proses pembelajarannya metode ini mengutamakan pola permainan dalam bentuk
dramatisasi. Dramatisasi dilakukan oleh kelompok siswa dengan mekanisme yang
diarahkan guru. Simulasi ini lebih menitik beratkan pada tujuan untuk mengingat
atau menciptakan kembali gambaran masa silam yang mungkin terjadi pada masa
yang akan datang atau peristiwa aktual dan bermakna bagi kehidupan sekarang.
b)
Feer Teaching, latihan atau
praktek mengajar yang menjadi murid adalah temannya sendiri, tujuannya
untuk memperoleh keterampilan dalam mengajar.
c)
Sosiodrama
Sosiodrama sandiwara atau drama lisan tanpa bahan tulisan, tanpa latihan
terlebih dahulu dan menyuruh siswa menghafal sesuatu. Pokok atau masalah yang
didramatisasikan atau perankan ialah
yang berhubungan dengan situasi sosial yang bertalian dengan hubungan
antar manusia. Sosiodrama ini sering kita dapati pada anak-anak kecil misalnya
mereka memerankan sebagai ayah atau ibu
dengan bonekanya. Tujuannya agar anak
dapat mengerti peranan orang lain
dan dapat memecahkan masalah-masalah sosial.
d)
Psikodrama
Permainan peran yang dilakukan, dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya dan
dapat menemukan dirinya sendiri, psikodrama digunakan untuk maksud terapi.
Masalah yang diperankan adalah perihal emosional yang lebih mendalam yang
dialami seseorang. Misalnya memerankan orang yang sedang sedih atau gembira.
e)
Simulasi Game, atau permainan simulasi ini hampir sama
dengan demontrasi tetapi situasi yang diciptakannya ialah situasi tiruan atau ada unsur yang
bukan sebenarnya. Tujuan mengajar dengan menggunakan metode ini ialah seperti mengajar
dengan menggunakan metode demontrasi yaitu supaya siswa memiliki pengetahuan
tentang dan keterampilan dalam sutau kegiatan, seperti seorang perawat
memperlihatkan contoh-contoh cara mandi
di depan kelas.
C.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan
metode simulasi social
Untuk melakukan metode simualsi ini tentunya terlebih dahulu
menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh.
Langkah-langkah tersebut diantaranya adalah :
1. Persiapan simluasi, yang meliputi :
a)
Menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai
dalam simluasi.
b)
Guru memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan
disimulasikan.
c)
Guru menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi,
peranan yang harus dimainkan oleh para pemeran serta waktu yang akan
disediakan.
d)
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
khususnya pada siswa yang terlibat dalam pemeranan
simulasi.
2.
Pelaksanaan simulasi meliputi:
a)
Simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran
b)
Para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian
c)
Guru hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang
mendapat kesulitan
d)
Simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak, hal ini
dimaksudkan untuk mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang
sedang disimulasikan
3.
Kegiatan penutup meliputi:
a)
Melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun
materi cerita yang di simulasikan. Guru harus mendorong agar siswa dapat
memberikan kritik dan tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi.
b)
Merumuskan kesimpulan.
D.
Tujuan metode pembelajaran simulasi social
Metode simulasi bertujuan untuk: (1) memperoleh pemahaman
tentang suatu konsep atau prinsip, (2) melatih keterampilan tertentu baik
bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, (3) melatih memecahkan
masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5) melatih siswa untuk mengadakan
kerjasama dalam situasi kelompok, (6) menumbuhkan daya kreatif siswa, (7)
memberikan motivasi belajar kepada siswa, dan (8) melatih siswa untuk
mengembangkan sikap toleransi.
Menurut Mujiono dan Dimyati (2002:80) dapat dikemukakan tujuan pemakaian metode
simulasi dalam kegiatan belajar adalah :
1)
Mengembangkan sikap dan keterampilan tertentu, baik yang
bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari.Melatih para siswa memecahkan masalah dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang dapat
2) memecahkan masalah.
3) Meningkatkan tentang konsep dan prinsip
yang telah dipelajari
E.
Kelebihan dan Kelemahan Metode
Simulasi
1.
kelebihan
a)
Simulasi dapat dijadikan bekal bagi siswa dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun
menghadapi dunia kerja.
b)
Simulasi dapat mengembangkan kreatifitas siswa, karena
melalui simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai dengan topik yang disimulasikan.
c)
Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa
d)
Memperkaya pengetahuan, sikap dan keterampilan yang
diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang problematis.
e)
Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses
pembelajaran.
2.
kelemahan diantaranya:
a)
Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu
tepat dan sesuai dengan kenyataan dilapangan
b)
Pengelolaan yang kurang baik , simulasi sering dijadikan
sebagai alat hiburan , sehingga tujuan pembeljaran menjadi terabaikan.
c)
faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempemgaruhi
siswa dalam melakukan simulasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar